UPDATEBALI.com, KLUNGKUNG – Gerakan Masyarakat Santun dan Inovatif, atau yang lebih dikenal dengan slogan Gema Santi, telah menjadi semangat dalam kepemimpinan paket I Nyoman Suwirta dan I Made Kasta (Suwasta) saat menjabat sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Klungkung pada periode 2013-2018. Slogan tersebut memotivasi masyarakat untuk melahirkan inovasi dengan pikiran yang damai dalam rangka memajukan pembangunan di daerah Klungkung.
Salam Gema Santi menjadi tradisi yang wajib diucapkan dalam setiap pertemuan dan acara resmi pemerintahan. Hal ini terbukti berhasil menghasilkan berbagai program inovatif selama masa kepemimpinan Suwirta-Kasta. Namun, sayangnya, semangat Gema Santi mulai menghilang seiring dengan berakhirnya masa jabatan I Nyoman Suwirta sebagai Bupati Klungkung pada Sabtu (4/11/2023).
Kejadian ini terjadi setelah sebuah foto kemeja berwarna putih-hijau bertuliskan Gema Santi menjadi viral di media sosial, di mana kemeja tersebut terlihat sedang dibakar. Belum diketahui dengan pasti siapa yang melakukan tindakan ini, namun foto tersebut memancing beragam reaksi dari masyarakat.
Banyak netizen menginterpretasikan tindakan ini sebagai ekspresi kekecewaan pegawai pemerintahan I Nyoman Suwirta selama ia menjabat sebagai Bupati Klungkung. Namun, ada juga yang merasa prihatin dengan tindakan tersebut, mengingat Gema Santi dianggap sebagai semangat masyarakat Klungkung selama tujuh tahun terakhir.
Plt Bupati Klungkung, I Made Kasta, memberikan klarifikasi terkait peristiwa tersebut pada Minggu (5/11). Ia menjelaskan bahwa meskipun Gema Santi tetap ada, beberapa oknum memilih untuk membakar kemeja bertuliskan Gema Santi.
“Gema Santi masih ada, namun sekarang banyak masyarakat yang membakar baju. Kami akan mengevaluasi kembali Gema Santi. Mengenai seragam berlambang Gema Santi, kami telah memberikannya kepada pegawai setiap hari Rabu, karena Gema Santi tidak diatur dalam Surat Keputusan. Kami tidak bisa melarang pegawai untuk tidak mengenakannya. Mungkin kami akan mempertimbangkan untuk menggunakan seragam berwarna hitam-putih yang mencerminkan kesederhanaan,” ungkapnya.
Di sisi lain, mantan Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, merespons reaksi masyarakat terhadap tindakan membakar kemeja Gema Santi dengan santai. Ia mengaku tidak tersinggung oleh tindakan tersebut.
Menurut Suwirta, Gema Santi adalah semangat yang telah terbukti berhasil selama tujuh tahun, menghasilkan berbagai inovasi, dan mendapat apresiasi dari pemerintah pusat. Ia menegaskan bahwa apakah Gema Santi akan dilanjutkan atau tidak adalah bukan ranahnya lagi, melainkan kewenangan pihak berikutnya.
“Saya hanya meletakkan pondasi. Apakah Gema Santi akan diteruskan atau tidak, itu bukan kewenanganku lagi. Silakan kepada pihak yang memiliki kewenangan untuk memutuskannya,” tambahnya.
Suwirta juga menegaskan bahwa selama Gema Santi menjadi semangat pemerintahan dalam rentang waktu 2017-2023, Klungkung mengalami perkembangan positif dengan banyak inovasi yang muncul, seperti TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat), BIMA JUARA (Beli Mahal-Jual Murah Beras Lokal), program memberangkatkan keluarga kurang mampu ke kapal pesiar, dan banyak inisiatif lainnya.
Kondisi Gema Santi saat ini masih menjadi perbincangan di masyarakat Klungkung, dan akan terus diikuti perkembangannya dalam kebijakan pemerintah berikutnya. (tra/ub)