UPDATEBALI.com, BULELENG – Pariwisata di Provinsi Bali telah mengalami perkembangan yang pesat, bahkan lebih masif dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Namun, aktivitas pariwisata masih terpusat di Bali Selatan, meninggalkan Bali Utara, termasuk Kabupaten Buleleng, yang belum sepenuhnya menikmati lonjakan tersebut. Sekretaris Daerah Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, menekankan pentingnya peningkatan aksesibilitas transportasi untuk mengoptimalkan potensi pariwisata di wilayahnya.
Hal ini disampaikannya saat menerima kunjungan pers dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Lobi Kantor Bupati Buleleng, Sabtu 10 Agustus 2024. Kunjungan yang dipimpin oleh Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, melibatkan 9 jurnalis media nasional dan 4 jurnalis media internasional. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman langsung kepada para jurnalis tentang potensi pariwisata di Bali Utara, agar dapat mempublikasikan informasi yang valid dan menarik tentang wilayah ini.
Suyasa mengungkapkan bahwa hanya sekitar 10% dari total wisatawan yang berkunjung ke Bali datang ke Buleleng. Rendahnya angka ini disebabkan oleh aksesibilitas yang kurang memadai dan jarak yang cukup jauh dari pusat-pusat pariwisata di Bali Selatan. “Sulit rasanya ke Buleleng kalau kunjungan hanya tiga hari. Baru turun hari ini, kemudian berangkat ke Buleleng itu hampir setengah hari. Nanti baliknya setengah hari lagi, kan habis waktunya,” jelas Suyasa.
Menurut data hingga akhir Juli 2024, kunjungan wisatawan mancanegara ke Buleleng tercatat mencapai 270.000, sementara wisatawan domestik mencapai 500.000. Namun, jumlah tersebut tidak mencerminkan tingkat okupansi hotel yang saat ini hanya tinggi pada musim liburan. Di luar musim liburan, okupansi hotel di Buleleng hanya berkisar antara 20 hingga 30 persen.
Pendapatan daerah dari sektor pariwisata di Buleleng juga masih jauh dari harapan. Suyasa menyebut bahwa target Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR) tahun 2024 adalah sekitar 200 miliar rupiah, namun hingga Juni baru mencapai sekitar 49% dari target tersebut.
Menanggapi pertanyaan tentang opsi aksesibilitas yang diinginkan, Suyasa menegaskan bahwa pemerintah daerah berharap adanya cara agar wisatawan dapat mencapai Buleleng dengan lebih cepat dan mudah, baik melalui pembangunan jalan tol, kereta cepat, atau pengembangan bandara. Meskipun demikian, keputusan akhir tetap berada di tangan pemerintah pusat.
Suyasa menambahkan, pembangunan Jalan Nasional Baru Singaraja-Mengwitani telah membantu aksesibilitas ke Buleleng. Ia berharap pembangunan jalan tersebut dapat mencapai pusat Kota Singaraja untuk lebih mendukung kunjungan wisatawan.
Dengan aksesibilitas yang lebih baik, Suyasa meyakini bahwa kunjungan wisatawan ke Buleleng akan meningkat, yang pada gilirannya akan mempercepat penataan wisata di wilayah tersebut. “Buleleng memiliki berbagai keunikan bentang alam dan keragaman kultur seni yang berbeda dari Bali Selatan,” ujarnya.
Suyasa juga menyoroti potensi alam Buleleng, seperti air terjun yang jumlahnya mencapai 28, banyak di antaranya bahkan belum memiliki nama karena jarang dikunjungi wisatawan. Potensi ini, jika digarap dengan baik, dapat menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. (adv/ub)