Kamis, Maret 6, 2025
BerandaBaliBI Bali Perkuat Strategi 4K untuk Kendalikan Inflasi di Tengah Deflasi

BI Bali Perkuat Strategi 4K untuk Kendalikan Inflasi di Tengah Deflasi

UPDATEBALI.com, DENPASAR – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali merilis data terbaru mengenai perkembangan inflasi di wilayah Bali.

Pada Februari 2025, Bali mengalami deflasi sebesar -0,57% (month-to-month/mtm), lebih dalam dibandingkan dengan Januari 2025 yang mencatat deflasi -0,02% (mtm). Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi di Bali turun menjadi 1,21% dari 2,41% pada Januari 2025.

Meskipun inflasi bulan Februari 2025 relatif terkendali, beberapa komoditas bahan pangan mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan menjelang rangkaian Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Oleh karena itu, diperlukan penguatan strategi pengendalian inflasi melalui Gerakan Pasar Murah (GPM) dan Kerjasama Antar Daerah (KAD) untuk memitigasi lonjakan harga bahan pangan, khususnya saat bulan Ramadhan dan perayaan Nyepi.

Secara spasial, seluruh kabupaten/kota yang menjadi Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi bulanan. Kabupaten Tabanan mencatat deflasi terdalam sebesar -1,05% (mtm) dengan inflasi tahunan 1,23% (yoy), disusul oleh Kabupaten Badung dengan deflasi -0,89% (mtm) dan inflasi tahunan 0,98% (yoy). Singaraja mengalami deflasi -0,81% (mtm) dengan inflasi tahunan 0,27% (yoy). Sementara itu, Kota Denpasar mencatat deflasi sebesar -0,13% (mtm) dengan inflasi tahunan 1,70% (yoy).

Baca Juga:  Update Covid-19 Harian Kota Denpasar, Kasus Sembuh Melejit di Angka 160 Orang

Deflasi pada Februari 2025 terutama disebabkan oleh penurunan harga pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga serta Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.

Faktor utama yang mendorong deflasi adalah diskon tarif listrik pascabayar Januari 2025 yang masih tercatat pada bulan berjalan serta panen hortikultura seperti bawang merah dan cabai rawit yang menyebabkan penurunan harga komoditas tersebut.

Di sisi lain, deflasi tertahan oleh kenaikan harga beberapa komoditas, seperti bensin, pepes, wortel, daging babi, iuran pembuangan sampah, dan bahan bakar rumah tangga. Kenaikan harga daging babi dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan dari daerah luar Bali yang masih terdampak virus ternak babi, sementara kenaikan harga bensin dipicu oleh naiknya harga Pertamax.

Baca Juga:  Forum Koordinasi dan Capacity Building Dorong Industri KUPVA BB dan PJP LR di Era Digital

Ke depan, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, terutama peningkatan permintaan barang dan jasa menjelang perayaan HBKN, seperti bulan Ramadhan, Nyepi, dan Idul Fitri. Selain itu, peningkatan permintaan canang sari untuk rangkaian upacara keagamaan menjelang Nyepi juga berpotensi meningkatkan tekanan inflasi.

Faktor lain yang berpotensi mendorong kenaikan harga adalah tren kenaikan harga global jagung sejak Juli 2024 yang berdampak pada harga daging dan telur ayam ras, serta kenaikan harga emas perhiasan dan minyak goreng akibat lonjakan harga emas global dan Crude Palm Oil (CPO).

Dalam rapat High Level Meeting (HLM) TPID se-Provinsi Bali pada 17 Februari 2025, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali menegaskan pentingnya menjaga stabilitas harga dan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian.

Langkah-langkah strategis yang akan diterapkan mencakup penguatan regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan, mitigasi alih fungsi lahan, optimalisasi pengairan, penggunaan benih unggul, serta pengembangan hilirisasi sektor pertanian.

Baca Juga:  Diduga Kelainan Jiwa, Seorang Pria Resahkan Perempuan di Buleleng

Efisiensi rantai pasok juga akan ditingkatkan melalui penguatan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Perusahaan Umum Daerah (Perumda) pangan, dan koperasi. Selain itu, kerja sama antara petani, penggilingan, perumda pangan, serta sektor perhotelan, restoran, dan kafe (Horeka) akan diperkuat, didukung dengan optimalisasi penggunaan produk lokal.

Bank Indonesia terus mendorong implementasi strategi 4K dalam pengendalian inflasi, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Masyarakat diimbau untuk menerapkan perilaku belanja bijak guna menghindari kelangkaan barang yang dapat memicu lonjakan harga bahan pokok.

Dengan sinergi antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan masyarakat, diharapkan inflasi di Provinsi Bali pada tahun 2025 tetap terkendali dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%. (yan/ub)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments