Kamis, April 24, 2025
BerandaBaliBadungSekaa Baleganjur Dewa Ayu Duta Badung Bawakan Cerita “Wayah” pada Lomba Baleganjur...

Sekaa Baleganjur Dewa Ayu Duta Badung Bawakan Cerita “Wayah” pada Lomba Baleganjur PKB ke-46

UPDATEBALI.com, DENPASAR – Sebanyak 36 seniman dari Sekaa Baleganjur Dewa Ayu, Pura Ulun Suwi, Desa Adat Jimbaran, memukau penonton pada lomba baleganjur, serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-46, yang digelar pada Jumat, 21 Juni 2024.

Bertempat di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Art Center Bali, sekaa ini mengangkat cerita berjudul “Wayah” dengan penata tabuh I Komang Tri Sandyasa Putra, koreografer I Wayan Pradnya Pitala dan Kadek Karunia Artha, serta pembina I Kadek Arisoma Linggayona dan I Gede Indra Kusuma.

Menurut I Komang Tri Sandyasa Putra, persiapan untuk tampil di PKB ini memakan waktu sekitar enam bulan, dimulai sejak Januari 2024. Meski tampil maksimal, mereka menghadapi kendala terkait waktu latihan, karena para seniman bekerja di sektor pariwisata.

Baca Juga:  Diduga Korsleting Listrik Rumah Penjaga Kuburan Hangus Terbakar

“Kami terkendala waktu latihan karena semuanya pekerja di sektor pariwisata. Jadi, kami harus mengatur waktu agar bisa kumpul semua, itupun latihannya baru bisa dilakukan saat tengah malam,” ujarnya. Ia berharap seniman di Kabupaten Badung terus berkarya dengan ikhlas untuk menunjukkan jati diri Badung yang hebat.

Pada kesempatan yang sama, Kadis Kebudayaan Kabupaten Badung, I Gde Eka Sudarwitha, mengapresiasi penampilan Sekaa Baleganjur Dewa Ayu yang membawa cerita “Wayah”. Ia menyatakan bahwa cerita ini mencerminkan unsur eksperimentasi dari tabuh-tabuh baleganjur dan memuat makna kehidupan.

Baca Juga:  Pemkab. Badung Evaluasi Capaian MCP Triwulan III

“Semoga apa yang sudah ditampilkan dapat mewarnai pelaksanaan lomba Baleganjur PKB ke-46. Kami berharap duta dari Badung ini dapat meraih juara pada PKB tahun 2024,” harapnya.

Cerita “Wayah” bukan hanya bentuk pujian, tetapi juga penghargaan terhadap pencapaian dalam mencapai kematangan batin dan spiritual. Ungkapan “sampun wayah” mengandung makna mendalam tentang perjalanan dan pertumbuhan menuju kedewasaan yang penuh makna, serta mencerminkan pengakuan terhadap kebijaksanaan seseorang.

Konsep tersebut memberikan stimulasi kepada penata untuk memformulasi karya musik baleganjur berdasarkan interpretasi terhadap kata “Wayah”. Komposisi ini disusun dengan teliti, menggabungkan elemen-elemen seperti fondasi gilak dan pola irama yang teratur, menghasilkan karya yang terfokus dan terstruktur dengan baik. Ritme dari perpaduan ceng-ceng dan kendang memperlihatkan kecerdasan tinggi, sementara melodi dan kolotomik yang terstruktur memberikan kesan keunggulan atas pendewasaan yang tak terbantahkan.

Baca Juga:  Tampil Memukau, Tradisi Megoak-goakan Panji Tampil Perdana di PKB 2023

Lirik vokal yang dipadukan dengan visualisasi memukau meningkatkan dimensi ekspresi dalam pengalaman mendengarkan komposisi ini. Secara keseluruhan, karya ini menciptakan pengalaman yang melampaui sekadar ekspresi batin, memungkinkan penikmatnya menyelami keindahan dan kedalaman dari komposisi tabuh baleganjur ini, yang layak dianggap sebagai simbol kematangan spiritual, atau “wayah”.(adv/ub)

BERITA TERKAIT

Most Popular

Recent Comments