UPDATEBALI.com, JAKARTA – Dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 November 2024, stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia dinilai tetap terjaga meskipun terjadi peningkatan risiko geopolitik global.
Kemenangan Presiden terpilih Donald Trump dan Partai Republik di Amerika Serikat diperkirakan akan memperburuk tensi perang dagang. Selain itu, ketidakstabilan geopolitik di Asia, Eropa, serta Timur Tengah dan Ukraina juga menambah risiko bagi pasar global.
M. Ismail Riyadi, Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi OJK, menjelaskan bahwa meskipun situasi geopolitik memburuk, kinerja perekonomian global secara keseluruhan lebih baik dari ekspektasi. Di Amerika Serikat, indikator pasar tenaga kerja dan permintaan domestik menunjukkan penguatan, meskipun inflasi kembali meningkat. Sementara itu, kinerja sektor produksi di Tiongkok juga membaik meskipun tekanan terhadap permintaan tetap ada. Di Eropa, indikator ekonomi juga menunjukkan perbaikan.
“Perkembangan ini mendorong bank sentral global untuk lebih berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneternya, yang mengarah pada peningkatan ekspektasi terhadap terminal rate suku bunga. Akibatnya, investor menarik dananya dari pasar negara berkembang, yang menyebabkan pelemahan di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar,” ungkap Riyadi pada Juamt, 13 Desember 2024.
Di Indonesia, perekonomian domestik tetap menunjukkan stabilitas. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024 tercatat sebesar 4,95 persen year on year (yoy), dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 5,03 persen dari triwulan I hingga III. Pertumbuhan ekonomi tahun 2024 diperkirakan dapat dipertahankan di atas 5,0 persen.
Namun, pasar saham domestik pada November 2024 mengalami pelemahan sebesar 6,07 persen month to date (mtd), dengan level indeks yang turun ke 7.114,27 per 29 November 2024. Meskipun demikian, nilai kapitalisasi pasar masih tercatat sebesar Rp12.000 triliun, meskipun turun 5,48 persen mtd. Non-resident tercatat melakukan net sell sebesar Rp16,81 triliun mtd. Sementara itu, sektor basic materials dan property & real estate mengalami pelemahan terbesar.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI naik 0,15 persen mtd dan 4,95 persen year to date (ytd), dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata meningkat sebesar 8,41 bps mtd. Non-resident tercatat melakukan net sell sebesar Rp13,07 triliun mtd di pasar obligasi, meskipun masih mencatatkan net buy sebesar Rp30,44 triliun ytd.
Kinerja intermediasi perbankan juga menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan profil risiko yang terjaga. Pada Oktober 2024, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 10,92 persen yoy, mencapai Rp7.656,90 triliun. Kredit investasi menjadi yang tumbuh paling tinggi dengan 13,63 persen, diikuti kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar 11,01 persen dan 9,25 persen. Pertumbuhan kredit korporasi tercatat mencapai 16,08 persen, sementara kredit untuk UMKM tetap tumbuh sebesar 4,76 persen.
Kualitas kredit juga tetap terjaga dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,20 persen dan NPL net 0,77 persen. Rasio Loan at Risk (LaR) menunjukkan tren penurunan menjadi 9,94 persen, mendekati level sebelum pandemi pada Desember 2019.
Sebagai puncak dari pelaksanaan forum penguatan governance OJK 2024, OJK juga menggelar Risk and Governance Summit pada 26 November 2024 di Jakarta. Forum ini menjadi wadah kolaborasi antara OJK dan pemangku kepentingan untuk memperkuat ekosistem Governance, Risk, and Compliance (GRC) guna mendukung pembangunan nasional, khususnya mewujudkan visi “Indonesia Emas 2045”.
Dalam forum tersebut, OJK menegaskan komitmennya untuk mendukung pemerintah dengan mendorong pendanaan SJK untuk inisiatif hijau serta membangun infrastruktur digital SJK yang tangguh dan aman menghadapi ancaman ketahanan siber.(yud/ub)