Sabtu, April 26, 2025
BerandaBaliNgusabha Pekakak, Warga Desa Sudaji Lestarikan Tradisi Syukuran Tahunan

Ngusabha Pekakak, Warga Desa Sudaji Lestarikan Tradisi Syukuran Tahunan

UPDATEBALI.com, BULELENG – Warga Desa Pakraman Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, menggelar tradisi tahunan selamatan (Ngusabha) Pekakak dengan penuh antusias pada Senin malam 22 Juli 2024.

Tradisi ini merupakan bentuk rasa syukur atas karunia kesauburan tanah dan melimpahnya hasil panen yang diwariskan leluhur dan dilestarikan hingga saat ini.

Menurut Jro Made Darsana, selaku pengempon atau Klian Subak, Ngusabha Pekakak telah dilaksanakan sejak tahun 1959 dan menjadi kepercayaan yang wajib dilaksanakan setiap tahunnya.

“Dulu pernah tidak dilakukan acara Pekakak ini, dan mengakibatkan hasil pertanian di desa kami mengalami penurunan hingga gagal panen,” ungkapnya.

Baca Juga:  Selama Gelaran KTT AIS Forum, Pemprov Bali Larang Masyarakat Bermain Layangan

Pekakak, inti dari upacara ini, merupakan dua ekor babi (celeng) berukuran berbeda yang diikat dengan bambu. Babi yang lebih besar disebut Pekakak Ageng (besar), sedangkan yang lebih kecil dinamakan Pekakak Alit (kecil). Kedua pekakak ini kemudian diarak dari Pura Desa Sudaji menuju Pura Mas Pait Bedugul Subak Dukuh Gede, tempat persembahan Pekakak akan dilaksanakan. Arak-arakan Pekakak diiringi dengan alunan gambelan (gong) dan daun kelapa kering yang dibakar, menghadirkan suasana yang semarak.

Baca Juga:  Wali Kota Denpasar Tunjuk I Nyoman Gede Pariatha sebagai Bendesa Adat Serangan 2024-2029

“Pekakak Ageng memiliki berat 100 kilo lebih, sedangkan Pekakak Alit memiliki berat 90 kilo,” tambah Jro Made Darsana.

Uniknya, pembawa Pekakak Ageng dan Alit mengenakan tanda pengenal yang berbeda. Mereka yang mengusung Pekakak Ageng memakai ikat berwarna hijau di leher, melambangkan Dewi Kesuburan, sementara pembawa Pekakak Alit mengenakan ikat berwarna merah, simbol Dewa Brahma.

Tradisi Ngusabha Pekakak tidak hanya menjadi bentuk rasa syukur, tetapi juga sebagai momen untuk mempererat tali persaudaraan antar warga desa. Seluruh warga bahu membahu dalam mempersiapkan dan melaksanakan upacara ini. Selama prosesi, warga dari berbagai kalangan usia bergotong royong mempersiapkan segala keperluan upacara.

Baca Juga:  Gubernur Koster Terima Dokumen Undang-Undang Provinsi Bali dari Ketua Komisi II DPR RI

“Ini merupakan tradisi yang sangat penting bagi kami, dan kami bersyukur dapat terus melestarikannya hingga saat ini,” tutup Jro Made Darsana.

Ngusabha Pekakak menjadi bukti kekayaan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh Desa Sudaji. Tradisi ini patut dilestarikan sebagai bagian dari identitas dan warisan budaya leluhur.(adv/ub)

BERITA TERKAIT

Most Popular

Recent Comments