UPDATEBALI.com, BULELENG – Penggunaan obat herbal semakin merambah masyarakat dewasa ini. Kini, perhatian tertuju pada minyak Cukli, sebuah ramuan herbal yang diklaim memiliki keajaiban penyembuhan yang menakjubkan.
Minyak Cukli, yang diketahui dipraktikkan oleh Jro Mangku Gde Sukita sejak 2015, mengundang perhatian karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk yang disebabkan oleh racun buatan manusia.
Berbicara dari kediamannya di Banjar Dinas Dawan, Desa Kalianget, Kecamatan Seririt, Buleleng, Sukita menjelaskan bahwa minyak Cukli memiliki keistimewaan karena menggunakan bahan utama yang langka, yaitu Cukli Brumbun, biota laut yang hidup di kedalaman mencapai 703 meter di bawah permukaan laut.
Keunikan Cukli Brumbun bukan hanya terletak pada keberadaannya yang langka, tetapi juga pada kemampuannya dalam pengobatan tradisional. Dari sakit dalam tubuh hingga masalah kulit, Cukli Brumbun diyakini memiliki khasiat luar biasa.
“Minyak Cukli telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai penyakit, dari yang umum seperti sakit kuning, kencing manis, hingga penyakit serius seperti kanker atau stroke. Sudah banyak testimoninya dari berbagai daerah di Bali,” ungkap Sukita.
Tidak hanya untuk penyakit dalam tubuh, minyak Cukli juga dipilih untuk masalah kesehatan luar tubuh, seperti koreng, gatal-gatal, atau sakit tulang. Proses pembuatannya melibatkan campuran dengan minyak klentik dari sebelas jenis buah kelapa, dipilih secara khusus dengan memperhitungkan hari baik menurut kalender Hindu, yaitu Patra Limutan.
“Dengan proses pengolahan yang melibatkan ritual khusus, seperti menentukan hari baik dan tahap nguripin atau pasupati, minyak Cukli bukan hanya dianggap sebagai obat, tetapi juga sebagai sarana spiritual dalam penyembuhan,” jelasnya.
Melalui keunikan dan efektivitasnya, minyak Cukli dari Buleleng bukan hanya sebagai produk kesehatan, tetapi juga sebagai warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Dengan menjaga tradisi pembuatannya, minyak Cukli tidak hanya menjadi pilihan bagi pengobatan alami, tetapi juga menjadi bagian dari identitas budaya yang kaya akan kearifan lokal.(adv/ub)
