UPDATEBALI.com, BULELENG – Kestabilan harga dan ketersediaan pangan menjadi sorotan utama di Kabupaten Buleleng, Bali. Tim Satgas Ketahanan Pangan di bawah komando Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, I Gede Putra Aryana, telah aktif memantau pasokan dan harga pangan, dengan fokus pada pertanian bawang merah.
Dalam upaya menjaga ketahanan pangan, Tim Satgas Pangan telah melakukan pemantauan langsung ke petani bawang merah, termasuk kunjungan ke lahan milik Made Astawa di Bungkulan.
Astawa, salah seorang petani bawang merah terkemuka, menyampaikan rencananya untuk menanam kembali dalam waktu 3 hari ke depan, dengan perkiraan panen pada bulan Juni mendatang.
Namun, Astawa juga menghadapi sejumlah tantangan yang mengganggu produksi bawang merah. Dia mengungkapkan bahwa serangan hama seperti kupu-kupu dan berbagai penyakit menjadi ancaman serius yang mengganggu pencapaian target produksi.
Meskipun begitu, Astawa memberikan informasi bahwa praktek tumpangsari dengan tanaman lain seperti cabai besar, tomat, dan bunga gumitir telah membantu dalam mengoptimalkan hasil panen.
Dalam pemantauan yang dilakukan, terungkap bahwa setiap 10 are tanaman bawang merah bisa menghasilkan sekitar 1 ton bawang. Dengan biaya produksi sekitar 2,5 juta rupiah per 10 are dan harga jual saat ini sebesar 40 ribu rupiah per kilogram, petani dapat memperoleh keuntungan sekitar 1,5 juta rupiah dari setiap 10 are tanaman.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, Putra Aryana, menekankan pentingnya mendengarkan masukan langsung dari petani.
“Kami terus memantau dan berkomitmen untuk mendengar kondisi serta saran dan masukan petani kami langsung di lokasi/lapangan,” ujarnya.
Pemantauan langsung ini memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan dan potensi dalam menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Buleleng. Pemerintah daerah diharapkan untuk mengambil langkah-langkah berkelanjutan guna memastikan ketersediaan pangan yang stabil dan harga yang terjangkau bagi masyarakat. (adv/ub)