UPDATEBALI.com, TABANAN – Para petani kopi di Pupuan kini tengah merasakan lonjakan harga kopi yang signifikan, mencapai titik tertinggi Rp 65 ribu per kilogram untuk kategori kopi beras. Kabar ini tidak hanya menjadi berita gembira bagi petani kopi, tetapi juga memicu optimisme di kalangan mereka.
Made Suamanta, salah satu petani kopi dari Banjar Dinas Padangan Kawan, Desa Padangan, Pupuan, menyambut baik tren kenaikan harga ini. Baginya, ini merupakan kesempatan emas bagi petani yang memiliki stok kopi tersedia sebelum panen dimulai.
“Kami sangat bersyukur dengan lonjakan harga kopi ini,” ungkap Suamanta, Minggu 28 April 2024.
Faktor utama di balik lonjakan harga kopi adalah ketidakstabilan pasokan global, terutama karena kemungkinan gagal panen di negara-negara produsen utama seperti Brazil, Vietnam, dan bahkan di Bali sendiri. Hal ini telah menyebabkan stok kopi menipis secara signifikan sejak tahun 2023, memicu peningkatan harga yang cukup drastis.
Selain itu, perubahan cuaca ekstrem juga menjadi penyebab utama turunnya produktivitas kopi dalam beberapa tahun terakhir. Turunnya curah hujan dari tahun 2021 hingga 2023 telah mengakibatkan penurunan produksi kopi.
Namun, dengan perbaikan kondisi cuaca saat ini, petani di Pupuan telah mulai bersiap-siap menyambut masa panen raya yang diharapkan dapat mengalami peningkatan produksi.
“Saya percaya dengan cuaca yang kembali mendukung, kami akan dapat menghasilkan kopi yang lebih baik pada masa panen raya ini,” tambah Suamanta.
Meskipun harga kopi diprediksi akan sedikit turun saat masa panen tiba, petani tetap optimis bahwa tren kenaikan harga akan terus berlanjut. Mereka yakin bahwa dengan peningkatan produksi dan permintaan yang stabil, harga kopi akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang. (tia/ub)