UPDATEBALI.com, JEMBRANA – Film semi dokumenter “Harmoniâ€? diproduseri oleh Masayu Chairani, memilih kabupaten Jembrana sebagai lokasi syuting. Film dokumenter ini mengangkat kemajemukan masyarakat Jembrana Bali yang dikenal heterogen, yang hidup berdampingan dalam toleransi sehingga lahir istilah “Nyame Bali” dan “Nyame selam”.
Selaku Produser Masayu Chairani mengatakan bahwa kabupaten Jembrana dipilih karena keberagaman unsur budaya dan kerukunan antar umatnya yang terjalin baik. Ia bahkan sudah sempat berkeliling ke 96 kampung untuk menentukan lokasi yang cocok. “Setelah ada di Jembrana ini saya melihat masyarakatnya sangat bertoleransi. Masyarakat antar umat itu saling menghormati. Bahkan dalam toleransi itu ada tradisi unik yang disebut “ngejot� berbagi antar umat. Toleransi itu yang kita tonjolkan pada film Harmoni ini,�ungkapnya saat press conference di Rumah Jabatan Bupati Jembrana, Minggu (12/9/2021).
Masayu menceritakan ketertarikannya dengan Jembrana berawal saat ia datang ke salah satu Masjid di Jembrana. Saat itu ia mendengar percakapan masyarakat menggunakan bahasa melayu, tetapi kental dengan logat Balinya. Hal itu dianggapnya unik disamping tingkat harmonisasi atau kerukunan antar umatnya yang tinggi. “Itu juga kenapa kita produksi film semi dokumenter ini di Jembrana. Banyak hal yang bisa kita angkat disini. Film semi dokumenter hanya sebagai awal dulu karena sekupnya kecil dan berdurasi sekitar 30 menit. Namun setelah ini, kita juga akan buat Film Layar Lebar untuk ini,�terangnya.
Sementara Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengungkapkan, kabupaten Jembrana ini memang sejak dulu dikenal akan toleransi antar umat beragamanya yang tinggi hingga sekarang. Menurutnya hal itu tentu memiliki nilai seni yang luar biasa.
Bupati Tamba juga berharap , dibuatnya film semi dokumenter ini di Jembrana akan membawa dampak positif terhadap Jembrana kedepannya. Sehingga Jembrana bisa dikenal se-Indonesia bahkan dunia.
“Film ini menceritakan komunikasi dan harmonisasi yang bagus antar umat. Indonesia butuh ini. Bagaimana sejarah kita dulu, ada pluralisme yang harmonis, bagaimana budaya “ngejot” antar umat ditiap hari raya. Termasuk keharmonisan saat beribadah yang saling berdampingan.
Melalui penggarapan film dokumenter itu, Bupati Tamba juga ingin harmonisasi kerukunan antar umat ini bisa tetap terjaga . Dapat memperkuat toleransi umat di Jembrana bahkan Indonesia, sesuai dengan semboyan kita Bhineka Tunggal Ika.
” Visualisasi ini bisa membawa nama bagus dan baik, tapi sebaliknya kalo salah mengelola juga bisa membawa kehancuran. Hal negatif itu yang kita hindari. Agar harmonisasi ini tetap terjaga,” sambungnya.
Dilain sisi, Ketua FKUB Bali, Ida Pangelingsir Agung Putra Sukahet yang juga hadir saat press conference mengaku sangat mendukung dengan dibuatnya film dokumenter yang menggambarkan kerukunan umat beragama di Jembrana. “Film ini tentu akan semakin memperkuat keyakinan kita akan toleransi antar umat. Negara kita dikenal akan keberagamannya, melalui media “film dokumenter� ini kita harapkan mampu menjembatani kita untuk lebih harmonis dan berkerukunan antar sesama,�tandasnya.
Dalam press conference itu juga hadir, Ketua MUI Bali Mahrusun Hadiono, Sekda Jembrana I Made Budiasa dan para tokoh pemuka agama. Usai press conference rombongan yang dipimpin Bupati Tamba juga ikut terlibat didalam film dan langsung menuju lokasi syuting. Adapun titik lokasi syuting film dokumenter itu, Puri Agung Negara, Pantai Perancak dan Masjid Loloan Timur.(UB)