UPDATEBALI.com, BULELENG – Di tengah semangat pelestarian sejarah dan kebanggaan akan perjuangan Raja Ki Gusti Ngurah Panji Sakti, Pemerintah Kabupaten Buleleng kembali menggelar Lomba Napak Tilas Panji Sakti dalam rangkaian perayaan HUT Kota Singaraja ke-420.
Setelah terhenti oleh pandemi Covid-19, kegiatan tahunan ini kembali dihelat dengan semarak, diharapkan memberikan inspirasi dan semangat bagi generasi muda Buleleng.
Acara yang dibuka dan dirangkaikan dengan pelepasan oleh Plt. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Setda Buleleng, I Gede Sandhiyasa, didukung oleh Forkopimda Buleleng dan Kadisdikpora Buleleng. Perayaan dilangsungkan di Pura Luhur Yeh Ketupat, memasuki tanggal 22 Maret 2024.
Dalam sambutannya, Sandhiyasa menekankan pentingnya memahami akar sejarah lahirnya Kota Singaraja sebagai landasan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
“Kegiatan ini diharapkan bisa menumbuhkan semangat pemuda Buleleng dalam meningkatkan kapasitas diri untuk turut serta dalam pembangunan Buleleng,” ujarnya.
Sementara itu, Kadisdikpora Buleleng, I Made Astika, menjelaskan bahwa tema Napak Tilas kali ini adalah “Prajurit Panji Sakti saat Perjalanan dari Wanagiri menuju Monumen Tugu Tiga”.
Kegiatan ini diikuti oleh 16 regu siswa/i SMA di Kabupaten Buleleng, menempuh rute dari Pura Tirta Ketipat, melalui jalan raya Wana Giri, Desa Pegayaman, Desa Padangbulia, hingga finish di Monumen Tri Yudha Sakti – Desa Sangket dengan total jarak tempuh 17,5 km.
Rute yang disiapkan dipastikan aman dengan keterlibatan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Buleleng untuk mengatasi segala kemungkinan yang timbul selama perjalanan. Namun demikian, tantangan dan tugas yang dihadapi peserta memberikan kesan yang mendalam, yang menjadi bagian dari perjuangan untuk merebut total hadiah sebesar 18,5 juta rupiah.
“Dengan partisipasi generasi muda dalam kegiatan ini, diharapkan mereka dapat lebih mengapresiasi arti sebuah pembangunan dan memiliki kontribusi nyata dalam pembangunan Buleleng yang kita cintai,” tambah Astika.
Napak Tilas Panji Sakti tidak hanya menjadi perayaan sejarah semata, tetapi juga momentum untuk memupuk semangat kebangsaan dan kecintaan terhadap daerah. Dengan demikian, tradisi ini terus menjadi simbol kebersamaan dan semangat pembangunan yang abadi bagi masyarakat Buleleng. (adv/ub)
