Senin, Maret 10, 2025
BerandaOpini dan ArtikelKrisis Air Menghadang Pertanian Selama Musim Kemarau

Krisis Air Menghadang Pertanian Selama Musim Kemarau

UPDATEBALI.com, BULELENG – Pada musim kemarau yang berkepanjangan, Indonesia kini menghadapi tantangan serius dalam pasokan air untuk pertanian. Krisis air ini mempengaruhi ketersediaan air untuk irigasi, terutama di wilayah-wilayah pedesaan yang bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian utama.

Para petani di berbagai daerah salah satunya Bali khususnya di Singaraja melaporkan kesulitan mendapatkan air untuk menyiram sawah mereka, mengakibatkan lahan pertanian menjadi kering dan mengancam produksi padi dan tanaman pangan lainnya. Kekeringan yang berlangsung lama juga bahkan lebh lama dari tahun-tahun sebelumnya telah mengurangi kapasitas bendungan dan reservoir, mempersempit pasokan air bagi pertanian.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien dan berkelanjutan. Diperlukan langkah-langkah yang lebih holistik dalam konservasi air, mulai dari penanaman pohon-pohon penghijauan hingga promosi teknologi irigasi yang lebih efisien. Di Bali terdapat satu sistem pengairan atau irigasi yang sudah sangat terkenal yaitu sistem subak dimana organisasi Subak ini salah satu tujuannya adalah untuk mengelola irigasi sawah. Namun musim kemarau yang sangat berkepanjangan membuat sumber air juga menjadi sedikit atau bahkan mengering.

Baca Juga:  Menyegarkan Mata, Air Terjun Yeh Mampeh Jadi Pilihan Berwisata Anak Muda

Krisis air selama musim kemarau menjadi peringatan penting akan urgensi perlindungan sumber daya alam, khususnya air, serta menekankan pentingnya adaptasi dalam pertanian untuk menghadapi perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Salah satu upaya yang dilakukan petani untuk menghadapi situasi seperti ini adalah dengan tidak menanam padi karena padi sangat memerlukan banyak air kemudian diganti dengan tanaman pengganti padi yang tidak terlalu banyak memerlukan air seperti bawang, jagung, kacang-kacangan dan lain – lain.

Berikut merupakan wawancara dengan De Arya, Petani Berpengalaman yang terdampak kemarau berkepanjangan.

Musim kemarau yang panjang dan intensitasnya yang tak terduga telah menyebabkan kekeringan yang mengancam pertanian lokal di berbagai daerah. Salah satunya adalah daerah Singaraja.

Baca Juga:  BMKG Ajak Masyarakat Bali Hemat Air Antisipasi Kemarau

Ketika ditanya tentang situasi saat ini, De Arya menjelaskan, “Krisis air saat ini merupakan yang terburuk yang pernah saya alami dalam puluhan tahun sebagai petani di daerah ini. Sumber air yang biasanya mengairi sawah kami kering sudah sejak beberapa bulan lalu, membuat kami sangat bergantung pada curah hujan yang semakin tidak dapat diprediksi.”

Dia juga menyampaikan keprihatinannya tentang masa depan pertanian di daerah tersebut, “Tanaman padi yang merupakan sumber utama pendapatan kami sangat terancam karena padi dan sangat memerlukan banyak air. Kurangnya air berdampak pada pertumbuhan tanaman, dan jika keadaan terus berlanjut, kami akan menghadapi kerugian besar.”

Saat ditanya terkait upaya yang dilakukan agar aktivitas pertanian tetap bisa berlangsung, De Arya menjawab “untuk upaya yang kami lakukan adalah dengan mengganti tanaman padi dan yang sangat memerlukan banyak air diganti dengan tanaman bawang, jagung atau kacang-kacangan yang lebih sedikit memerlukan air. Setidaknya ini dapat membantu petani dalam menghasilkan suatu produk pertanian untuk dijual agar aktivitas pertanian dapat terus baarjalan meski dilanda kemarau Panjang”

Baca Juga:  Pura Ratu Gede Sambangan Tejakula, Tempat Suci dengan Aura Mistis dan Sejarah yang Kuat

Situasi ini memunculkan kebutuhan akan tindakan darurat dari pemerintah dan pihak terkait untuk menyediakan bantuan segera kepada petani seperti De Arya ini, serta merencanakan langkah-langkah jangka panjang untuk menjaga ketahanan pertanian di tengah ancaman musim kemarau yang semakin ekstrem.

Demikian wawancara singkat saya bersama salah satu petani yaitu Bapak De Arya yang lahan pertaniannya terkena dampak dari kemarau panjang akibatnya lahan menjadi kering sehingga harus mengganti jenis tanaman agar tetap bisa melangsungkan aktivitas pertanian. Semoga penjelasan dari Bapak De Arya ini dilihat oleh pemerintah atau instansi terkait agar dapat diberikan bantuan untuk meringankan petani pada saat kemarau panjang seperti ini.

Penulis : Kadek Suci Andayani
STAHN Mpu Kuturan Singaraja Prodi ilmu Komunikasi

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments