Senin, Maret 10, 2025
BerandaOpini dan ArtikelWisata Air serta Pemandangan Bernuansa Alam, Gatep Lawas Buleleng

Wisata Air serta Pemandangan Bernuansa Alam, Gatep Lawas Buleleng

UPDATEBALI.com, BULELENG – Siang hari yang sedikit mendung menjadikan suasana pedesaan semakin sejuk, Disambut dengan suara aliran sungai membuat semangat para pengunjung semakin bertambah.

Sepanjang perjalanan dari area parkir sampai di tempat wisata tidak satupun sampah terlihat, ini menjadi bukti sampai saat ini keasriannya tetap terjaga. Pemandangan kota dan perkebunan warga yang menakjubkan juga terlihat dari lokasi yang cukup tinggi.

Wisata air ditemani dengan megahnya pohon besar yang dikenal dengan Gatep Lawas merupakan salah satu obyek wisata yang berlokasi di Pebantenan, desa Ambengan, kecamatan Sukasada, Buleleng, Bali.

Nama gatep lawas berasal dari 2 kata, yaitu “Gatep” dan “Lawas”. Kata Gatep yang dulunya tempat ini di tumbuhi banyak pohon gatep jadi di ambillah nama pohon tersebut, dan Lawas yang merupakan nama dari subak yang ada di banjar Pebantenan.

Salah satu pengelola obyek wisata gatep lawas, Ketut Nabi mengatakan, “Nama gatep lawas sendiri di ambil dari banyaknya pohon gatep yang dulu tumbuh diarea ini, lalu dulu tempat ini merupakan titik berkumpulnya anggota subak desa Ambengan untuk membicarakan masalah pertanian dan perkebunan mereka”.

Baca Juga:  Ilmu Komunikasi Semester Satu STAHN Mpu Kuturan Singaraja Gelar Seminar Komunikasi Ilmiah (SKI)

“Jadi sebelumnya tempat ini merupakan saluran air biasa. Mungkin dulu ada anak-anak muda yang mandi disini, lalu mereka mengekposnya di media sosial, terlihat lah pohon besar ini yang biasa kita sebut dengan pohon kunyitan dan pemandanganya cukup bagus ditambah airnya yang jernih, sampai banyaklah pengunjung yang datang kesini. Karena semakin ramai tempat ini pun dikelola oleh desa untuk dijadikan obyek wisata, agar ada penanggung jawabnya juga” tambah Ketut Nabi.

Untuk menuju gatep lawas dari singaraja hanya memerlukan waktu kurang lebih 25 menit, dengan menggunakan sepeda motor karena akses jalan yang masih terbilang sempit. Tetapi sepanjang perjalanan memasuki desa Ambengan, mata akan ditakjubkan oleh pemandangan perkebunan warga. Untuk jam operasinya di mulai dari 08.00 Wita hingga 17.00 Wita.

Baca Juga:  Krisis Air Menghadang Pertanian Selama Musim Kemarau

Beberapa warung telah tersedia disini yang menyediakan berbagai jenis makanan hingga minuman.

Harga tiket masuk juga sangat terjangkau, Komang Sumadana (Pak Ali) yang merupakan petugas penjaga tiket mengatakan, “hanya 10.000rupiah untuk orang dewasa, dan Rp 5.000 untuk anak-anak, ditambah biaya parkir permotor seharga 2.000rupiah jadi sudah disediakan parkir yang luas, dan jalan menuju lokasi pun lebih dekat. Terkadang kita juga memberi potongan harga dari 5.000rupiah sampai 10.000rupiah kepada rombongan pengunjung. Pendapatan dari wisata ini akan dibagi menjadi 3, Bumdes, Balai Perhutanan, dan Kemitraan Lingkungan dan juga tentu saja digunakan untuk mengembangkan wisata ini”.

“Seperti sekarang sudah dipasangkan keramik, perbedaannya sangat terasa, seperti bertambahnya para pengunjung. Sebelumnya hanya berendam dan menikmati pemandangan sekarang sudah bisa sambil bermain perosotan juga. Proses pemasangan keramik ini berjalan kurang lebih semingguan, dengan cara menutup jalur air yang menuju kemari sehingga bisa dipasangkan keramik.” Tambahnya.

Rintik hujan pun turun tetapi tidak menghilangkan semangat pengunjung untuk menikmati perosotan di gatep lawas, karena di sepanjang jalur air tertutupi oleh rimbunnya dedaunan dari pohon-pohon.

Baca Juga:  Blayag, Makanan Bergizi yang Ekonomis dan Tidak Bikin Dompet Menangis

“menyejukkan, walaupun ditemani gerimis hujan, saya dan teman-teman tetap semangat bermain perosotan disana, tadi juga sempat berbelanja di kantin sini harganya normal tidak terlalu mahal” kata Arix Wahyudi yang merupakan salah satu pengunjung.

Tidak hanya memamerkan panoramanya, River Tubing juga tersedia di Gatep Lawas. Dengan harga 20.000rupiah sudah bisa menikmati perjalanan arus air sejauh kurang lebih 600meter.

“Tertarik karena cerita dari teman dan pernah lihat di media sosial. airnya sangat segar tidak terlalu dingin, bisa main prosotan juga karena alas alirannya sudah dikeramik, pemandangannya juga buat saya betah disini, tapi ya gitu, karena disini masih alami jadi saya kadang melihat serangga, ulat, sampai kelabang” ujar Nyoman Sukreni yang juga salah satu pengunjung.

Penulis : I Gede Prya Nata Sastrawan
Mahasiswa dari STAHN Mpu Kuturan Singaraja

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments