UPDATEBALI.com, BULELENG – Di tengah gemerlapnya dunia modern yang terus berubah dengan cepat, ada seorang perempuan yang teguh memegang teguh nilai-nilai seni dan budaya. Ia adalah Ida Ayu Ketut Widia Utami, seorang penari yang gigih dalam memelihara warisan budaya Buleleng.
Widia Utami, demikian ia akrab dipanggil, bukanlah nama asing di kalangan penggiat seni dan budaya di Buleleng. Dalam sebuah episode menarik dalam Podcast B-Kom (Bincang Komunikasi) Dinas Kominfosanti Kabupaten Buleleng, Widia Utami membagikan kisah inspiratifnya tentang perjalanan sebagai penjaga dan pemelihara seni tari.
Berasal dari keluarga yang sudah memiliki darah seni, Widia Utami mengenali pesona seni tari sejak usia muda.
“Ibu saya adalah penari asli Buleleng, dan dari situlah saya mulai tertarik dengan seni tari. Meskipun awalnya terasa seperti dipaksa, tetapi akhirnya tarian menjadi bagian dari diri saya sejak usia 5 tahun,” ujarnya.
Namun, seperti banyak generasi muda lainnya, kesibukan dengan pendidikan formal membuatnya jauh dari pelukan seni. Mulai dari SMP hingga SMA, Widia Utami mengaku jarang menari karena fokus pada kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler yang tidak bersinggungan dengan seni.
Semuanya berubah ketika ia memasuki perguruan tinggi. Disadari bahwa seni bukan hanya hiburan semata, tetapi juga bagian penting dari identitas dan warisan budaya, Widia Utami mulai menekuni seni tari dengan serius. Bergabung dengan Sanggar Seni Santhi Budaya Singaraja menjadi langkah awalnya untuk menyuarakan kekayaan seni dan budaya Buleleng.
Perjalanan karirnya sebagai penari tidaklah mudah. Namun, Widia Utami berhasil menembus berbagai event penting, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Mulai dari Pesta Kesenian Bali hingga tampil sebagai duta negara dalam festival-festival seni di berbagai negara seperti Korea Selatan, Cina, Malaysia, Inggris, Thailand, dan Filipina.
Tetapi keberhasilannya tak membuatnya melupakan akar dan tujuan utamanya. Widia Utami tetap rendah hati dan bersahaja, terus mengajak generasi muda untuk ikut serta dalam melestarikan seni dan budaya Buleleng.
“Kami harus kuat dan melestarikan jati diri sebagai perempuan Buleleng yang cinta akan seni, budaya, dan tradisi,” tandasnya.
Melalui Sanggar Seni Santhi Budaya Singaraja, ia rutin melatih generasi muda dalam seni tari, memastikan bahwa warisan nenek moyang tetap terjaga dan diteruskan. Dengan semangat seperti Raden Ajeng Kartini, Widia Utami berkomitmen untuk menguatkan emansipasi perempuan Indonesia melalui pelestarian seni dan budaya.
Tidak hanya berjuang di level lokal, Widia Utami juga memohon kepada Pemerintah Kabupaten Buleleng untuk memberikan perhatian lebih pada pelaku seni dan budaya.
“Mereka perlu diwadahi dalam event-event yang diutamakan,” imbuhnya.
Dengan semangatnya yang tak kenal lelah, Widia Utami membawa harapan besar bagi masa depan seni dan budaya Buleleng. Ia adalah teladan bagi generasi muda, membuktikan bahwa kecintaan pada warisan budaya bukanlah hal kuno, melainkan sebuah kebanggaan yang harus dilestarikan. (adv/ub)