Senin, Maret 10, 2025
BerandaNewsWarga Penyaringan Alami Krisis Air Bersih Sejak Setengah Tahun, Dapatkan Air dari...

Warga Penyaringan Alami Krisis Air Bersih Sejak Setengah Tahun, Dapatkan Air dari Swadaya

 

UPDATEBALI.com, JEMBRANA – Selama kurang lebih setengah tahun sejak terjadinya musibah banjir bandang, krisis air bersih telah melanda Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Situasi ini mendorong masyarakat di 8 Banjar dari total 13 banjar untuk mencari air secara swadaya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka mengambil air dari sumber mata air di sungai dan sumber air lainnya.

"Karena air menjadi kebutuhan utama, untuk penanganan sementara, warga yang terdampak mendapatkan air secara swadaya dengan membentuk kelompok-kelompok kecil," kata I Made Dresta, Perbekel Penyaringan, Kamis, 8 Juni 2023.

Dresta mengungkapkan, warga di delapan banjar tersebut tidak lagi mendapatkan pasokan air seperti biasanya, yakni Banjar Tibu Beleng Tengah, Tibu Beleng Kaler, Pangkung Kwa, Tibu Tanggang, Penyaringan, Yeh Buah, Yeh Mecebur, dan Tibu Beleng Kelod adalah beberapa Banjar yang hingga saat ini belum menerima pelayanan PDAM selama lebih dari setengah tahun akibat dari saluran pipa air putus.

Baca Juga:  RS Unud Gelar Kegiatan Pengabdian Masyarakat dalam Rangkaian Ulang Tahun Desa Kutuh Ke 20

"Dalam menghadapi situasi ini, warga yang terdampak telah membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencari air secara mandiri," ungkapnya.

Salah satu contohnya adalah Banjar Tibu Beleng Kaler yang menerima bantuan pipa dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Meski telah menerima bantuan dari Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Pamsimas) yang dipasang pasca banjir, pipa tersebut kembali rusak akibat banjir susulan.

"Di Banjar Tibu Tanggang, warga menggunakan swadaya dengan mengangkat air dari telebusan (mata air) melalui desa adat," ucapnya.

Di Banjar Yeh Mecebur, kata dia, warga awalnya meminta bantuan pasokan air dari BPBD, tetapi kini mereka mulai mengambil air dari sungai sungai kecil terdekat dengan koordinasi kelompok. Warga secara bersama-sama mengumpulkan dana untuk membeli mesin penyedot dan pipa agar air dapat dialirkan ke bak-bak penampungan air.

Baca Juga:  Mudahkan Pengguna, WhatsApp Kenalkan Fitur Baru 'simpan pesan'

Sementara itu, di Banjar Pangkung Kwa, telah terbentuk tiga kelompok, salah satunya mendapatkan bantuan dari Polres Jembrana. Salah satu kelompok tersebut telah dibantu dengan pipa dan bak penampungan air, dan saat ini masih dalam proses pengecoran.

"Upaya ini merupakan langkah awal dalam penanganan masalah, sementara rencananya PDAM telah mengusulkan bantuan kepada pemerintah pusat untuk mengembalikan aliran air bersih," ungkapnya.

Dari dua sumber air gravitasi yang dimanfaatkan oleh PDAM dari hutan, satu sumber sudah hancur dan hilang. Rencananya, mereka akan mengambil air dari satu sumber yang masih tersedia, namun biayanya cukup besar sehingga perlu diajukan kepada Pemerintah Pusat.

Baca Juga:  Warga Kediri Heboh Lantaran Mobil Terbakar

Desa Penyaringan merupakan salah satu desa yang terdampak krisis air bersih di Kecamatan Mendoyo, selain desa Yehembang.

"Di desa ini, terdapat sekitar 800 kepala keluarga pelanggan PDAM yang terkena dampak di 8 Banjar," tambah Direktur Perumda Air Minum, Gede Puriawan.

Di sisi lain, warga Lingkungan Petapan, Kelurahan Tegalcangkring, Mendoyo juga merasakan krisis air. Mereka melaporkan kebutuhan akan air bersih kepada BPBD Jembrana. 

Sementara, Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Putu Agus Artana Putra, menyatakan bahwa bak penampungan air sementara akan disalurkan dan pasokan air bersih akan dikirimkan paling lambat pada Jumat 9 Juni 2023 ini sebagai tanggapan terhadap permohonan tersebut.

"Kami akan mengirimkan bak dan air bersih pada Kamis 8 Juni 2023 sore ini atau paling lambat Jumat besok," katanya.(dik/ub)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments