UPDATEBALI.com, DENPASAR – Sanggar Seni Arsa Wijaya, yang mewakili Kabupaten Badung, tampil memukau dalam Utsawa (Parade) Drama Gong Tradisi yang digelar di Kalangan Ayodya, Art Center Bali. Mereka mempersembahkan drama berjudul “Cihnaning Wetu”, yang mendapatkan sambutan meriah dari penonton.
Cerita “Cihnaning Wetu” berkisah tentang I Gusti Ngurah Kawya, seorang perjaka tampan dari hutan Madui, yang hidup bersama ayahnya dan dua abdinya. Meskipun telah diperingatkan untuk tidak berburu, ia tetap pergi dan akhirnya terseret angin topan hingga terdampar di taman indah milik Raja Daha Pura. Di kerajaan tersebut, Ngurah Kawya bertemu dengan Dyah Dibyasari, putri sulung Raja, yang kemudian memintanya menjadi abdi di puri. Seiring berjalannya waktu, benih cinta tumbuh di antara mereka, meskipun harus menghadapi berbagai intrik dan konflik dalam kerajaan.
Koordinator Sanggar, I Wayan Ardana, S.Sn., mengungkapkan bahwa persiapan pementasan ini tidak mudah karena kesibukan para pemain.
“Masing-masing punya kegiatan maka kita sulit menyatukan pemain dan ini pertama kalinya Kuta Utara mewakili drama gong dalam pentas di PKB mewakili kabupaten Badung. Jadi kami harap bisa maksimal,” ujarnya.
Senada dengan itu, Pembina Sanggar, Drs. I Gusti Lanang Subamia, MM.Pd., mengungkapkan rasa bangganya meskipun latihan yang dilakukan tidak sepenuhnya efektif.
“Saya merasa bangga bisa tampil meski dengan latihan yang tidak begitu dapat efektif, terus terang saja karena yang kami pakai memang punya penampilan-penampilan tapi bukan di drama gong sehingga kita hanya memberikan rambu-rambu. Jadi begini penampilan kami karena jam terbangnya belum begitu banyak di drama gong,” ucapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Drs. I Gd Eka Sudarwitha, S.Sos., M.Si., menyatakan kebanggaannya atas penampilan Sanggar Seni Arsa Wijaya.
“Duta Kabupaten Badung dalam pagelaran drama gong mengangkat kisah atau menggali potensi-potensi seni tradisi dikolaborasikan dengan aspek-aspek yang menyampaikan pesan-pesan moral kepada masyarakat. Dengan cara atau kemasan yang menghibur, hal ini tidak terlepas dari peran para pembina dan Listibia terutama Listibia Kecamatan Kuta Utara sehingga karya ini dapat diwujudkan dan dapat menghibur kita semua semoga dapat terus berkarya untuk menggali seni potensi dan tetap menghibur melalui akar budaya kita,” tandasnya.
Pementasan drama gong tradisi ini diharapkan dapat terus eksis, terutama dalam perhelatan seperti PKB, untuk menjaga dan melestarikan seni budaya Bali yang kaya akan nilai dan pesan moral.(adv/ub)