UPDATEBALI.com, BULELENG – Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa menginstruksikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) serta Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) untuk segera melakukan asesmen terhadap siswa SMP di Buleleng yang mengalami kesulitan dalam membaca.
Asesmen tersebut bertujuan untuk mengetahui penyebab keterlambatan dalam kemampuan membaca sehingga penanganannya dapat dilakukan lebih cepat dan tepat.
Instruksi tersebut disampaikan Sekda Suyasa dalam rapat lintas sektor yang digelar pada Selasa, 29 April 2025, di Ruang Rapat Lobi Kantor Bupati.
Rapat tersebut melibatkan berbagai pihak, antara lain Disdikpora, FIP Undiksha, MKKS SMP, Dinas P2KBP3A, Dinas Sosial, Dinas PMD, Camat, serta pihak terkait lainnya. Hasil verifikasi oleh Disdikpora menunjukkan bahwa ada 375 siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca, yang berjumlah sekitar 0.01 persen dari total 34.062 siswa SMP di Buleleng.
Sekda Suyasa menegaskan pentingnya melakukan asesmen (screening) mulai pekan depan untuk mengidentifikasi apakah siswa tersebut memiliki kebutuhan khusus seperti disleksia, difabel, atau kesulitan lain dalam belajar.
“Screening ini akan menentukan apakah mereka termasuk difabel, disleksia, kurang motivasi, atau memiliki gaya belajar yang berbeda. Dari situ, langkah-langkah pendekatan yang tepat akan dilakukan oleh tim Undiksha,” ungkap Suyasa.
Lebih lanjut, Sekda Suyasa menjelaskan bahwa sistem pembelajaran di sekolah saat ini bersifat klasikal, di mana semua siswa dalam satu kelas mendapatkan perlakuan yang sama.
Namun, untuk siswa dengan kebutuhan khusus, dibutuhkan pendekatan yang lebih personal dan sesuai. Oleh karena itu, pendampingan akan dilakukan oleh guru dan tim dari FIP Undiksha agar masalah yang dihadapi dapat terdeteksi dengan lebih baik.
Untuk siswa difabel, Sekda Suyasa menambahkan, mereka akan difasilitasi untuk mendapatkan pendampingan di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Bali.
Siswa yang lambat membaca juga akan dipantau secara berkala, dengan harapan mereka dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam waktu satu hingga dua bulan.
Terkait dengan isu putus sekolah, Sekda Suyasa juga menekankan pentingnya peran aktif kepala sekolah, guru, dan wali kelas untuk mendeteksi siswa yang mungkin tidak melanjutkan pendidikan setelah lulus SD.
Ia mengungkapkan bahwa Bupati telah memiliki program pengadaan seragam sekolah gratis untuk siswa TK, SD, dan SMP, serta memberikan bantuan untuk masalah lain yang menghambat akses pendidikan, seperti jarak sekolah yang jauh.
“Masalah pendidikan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan orang tua dan masyarakat. Kami berharap kepala desa juga berperan dalam memastikan anak-anak usia sekolah tidak putus sekolah,” tambah Sekda Suyasa.
Dekan FIP Undiksha, I Wayan Widiana, yang turut hadir dalam rapat, menyatakan bahwa pihaknya telah menyiapkan dua tim untuk menangani masalah ini.
Tim Pendampingan Ahli, yang terdiri dari dosen dan pakar pendidikan, serta tim lapangan yang terdiri dari mahasiswa FIP, akan turun langsung untuk memberikan pendampingan kepada siswa yang membutuhkan perlakuan khusus.
Widiana juga menambahkan bahwa pendampingan akan dilakukan dalam dua tahap, dengan evaluasi setiap tiga bulan, untuk memastikan hasil yang optimal.
Dengan adanya langkah-langkah ini, diharapkan siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dapat mendapatkan penanganan yang tepat dan segera, sehingga masalah keterlambatan membaca di Buleleng dapat diminimalkan.(adv/ub)