Senin, Maret 10, 2025
BerandaNewsDiminati Warga, Ayunan Tradisional Nusasari Buka saat Galungan dan Kuningan

Diminati Warga, Ayunan Tradisional Nusasari Buka saat Galungan dan Kuningan

 

UPDATEBALI.com, JEMBRANA – Hanya buka saat hari raya Galungan dan Kuningan, ayunan tradisional dari kayu yang berada Banjar Nusasakti, Desa Nusasari, Kecamatan Melaya, Jembrana, Kamis, (5/1/2023) masih diminati warga untuk hiburan.

Dari pantauan UpdateBali, warga setempat sering menyebut ayunan tradisional dari bahan kayu ini, Ayunan Bingin. Karena lokasinya berdekatan dengan pohon beringin besar dan hanya ada satu ayunan. Bentuk bulat menyerupai lingkaran dengan jumlah tempat duduk 4 pasang, untuk 8 orang.

Di setiap pasang tempat duduk diberikan warna yang berbeda, sehingga terlihat menjolok dan menjadi daya tarik pengunjung terutama anak anak. Ayunan yang memiliki lingkaran diameter sekitar 4 meter dan tinggi 7 meter ini, di gerakan secara manual menggunakan tenaga manusia.

Baca Juga:  BEM Fakultas Pariwisata Unud Kerja Sama dengan ITW Gelar Tourism Symposium dan Tourism Festival

Dengan cara menginjak dan memutar tuas menggunakan kaki dan tangan secara bersamaan yang dilakukan oleh dua orang, yakni di sisi kiri dan kanan. Ketika ayunan itu berputar akan keluar suara dari gesekan antar kayu. Bunyi inilah menjadi salah satu ciri khas dari ayunan tradisional, membuat pengunjung merindukan mainan ayunan sekaligus membuat takut karena suaranya seram.

"Pertama pertamanya itu baru takut. Habis itu lama lama senang naiknya," kata Ni Putu Ocha Ayu Jesika (10), asal Banjar Sumbersari, Melaya, ditemui di lokasi, Kamis (5/1/2023). Ia mengaku awal pertama naik ayunan merasa takut, seram menegangkan, namun akhirnya ketagihan.

Klian Adat Banjar Nusasakti, I Kadek Artawan mengatakan, ayunan tradisional yang ada di wilayahnya ini tidak setiap hari beroperasi. Hanya ada di saat hari raya Galungan dan Kuningan.

Baca Juga:  Tekan Angka Kecelakaan, Polda Bali Minta Pemilik Rental Kendaraan Perketat Aturan Sewa

{bbbanner}

"Itupun hanya buka saat Galungan dan manis Galungan, lalu tutup. Kemudian buka lagi pas Kuningan dan manis Kuningan, hari lainnya tutup lagi," jelasnya.

Artawan mengungkapkan, ayunan yang ada sejak era tahun 1970 an ini, masih sangat di minati masyarakat, terutama warga di Kecamatan Melaya. Sehingga, kata dia, ada istilah ungkapan, belum lengkap merayakan Galungan kalau belum datang naik Ayunan Bingin.

{bbbanner2}

"Orang itu, kalau Galungan dan Kuningan gak sempat ke sini (ayunan) kayaknya kurang nikmat atau kurang merasakan bagaimana hari raya itu. Sehingga tempat ini juga merupakan cari khas, ikon banjar kami," ungkapnya.

Baca Juga:  Semakin Bangga dengan Budaya dan Keberagaman Indonesia Berkat Program IISMA

Meski sempat vakum selama musim pandemi beberapa tahun terakhir, namun saat di buka kembali warga sangat antusias bahkan membludak. Untuk harga tiket ayunan, kata Artawan, saat ini masih menggunakan harga lama sebesar Rp. 5 ribu per orang, untuk 20 kali putaran. 

Selain itu, lanjutnya, untuk memancing pengunjung lebih tertarik datang berkunjung dan mencoba ayunan, pihaknya mengadakan undian tiket atau kupon yang sudah di beli oleh pengunjung yang nik ke ayunan. Namun, untuk undian tersebut berlaku hanya untuk Krama adat Nusasakti.

"Ini bagian dari inovasi kami, untuk memancing semangat para Krama adat kami, untuk mendukung kegiatan yang kami laksanakan di hari raya Galungan dan Kuningan," pungkasnya.(nal/ub)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments