UPDATEBALI.com, TABANAN – Bali dikenal dengan seni budayanya yang luar biasa. Termasuk juga keunikan lainnya yang sangat kental dengan taksunya Bali. Seperti di Pura Beji Amerta Gangga, di banjar Kelecung Kelod, desa Tegalmengkeb, Selemadeg Timur dengan bulakan kembar dan patung dewata nawa sanga.
Bagi masyarakat setempat maupun dari luar daerah Tabanan, bulakan kembar ini sebagai lokasi nunas tirta untuk piodalan, pengelukatan bahkan juga dipercaya untuk pengobatan. Dan kini untuk mendukung keberadaannya telah dilengkapi patung dewata nawa sanga untuk kegiatan pengelukatan. Penataan areal beji ini didanai oleh Yayasan Sahaja Sawah. Menariknya, dalam penataan tersebut juga dilengkapi 9 (sembilan) patung Dewata Nawa Sanga, salah satunya patung Dewa Siwa dengan ketinggian 23 meter.
Ni Kadek Ariani yang juga Ketua Yayasan Sahaja Sawah bersama suami Wayan Bernard, memberikan donator untuk penataan areal kawasan Pura Beji Amerta Gangga.
“keberadaan Pura Beji ini kurang mendapat perhatian, setelah berkomunikasi dengan penduduk sekitar mereka setuju dilakukan penataan yang nyaman untuk kegiatan pengelukatan dilengkapi patung Dewata Nawa Sanga,”terangnya.
Dimana fokus penataan untuk melestarikan keberadaan beji (ngajegang Pura Beji), termasuk wisata religi (pengelukatan) dan budaya center yang dikemas dengan keberadaan panggung untuk pementasan seni maupun budaya.
“besar harapan kami di Yayasan, nantinya ditempat ini hanya untuk orang orang yang memang ingin melakukan persembahyangan dan pengelukatan bukan hanya dipajang di media sosial,”ucap Bernard.
Selain menjadi kawasan tempat suci, keberadaan patung Dewa Nawa Sanga ini juga nantinya juga menjadi ajang edukasi. Karena dimasing-masing patung terdapat deskripsi keterangan dari masing-masing patung. Termasuk juga adanya pancuran baik yang muncul dari tangan ataupun dari bunga teratai yang ada di patung Dewa Siwa dan delapan patung lainnya untuk tempat pengelukatan.
Sementara itu Bendesa Adat Kelecung I Nyoman Arjana mengatakan, usai penataan pengelolaan memang diserahkan ke desa adat yang bekerjasama dengan pihak Yayasan. Hanya saja untuk konsep pengelolaan, Arjana masih akan melakukan kajian seperti apa nantinya karena tentu juga diharapkan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat desa adat setempat.
{bbbanner}
“Sistemnya niskala untuk adat dan di sekala untuk wisata spiritual. Manajemen bekerjasama dengan yayasan akan dibentuk badan pengelola dan dikaji terlebih dahulu,"terangnya. (tia/ub)