UPDATEBALI.com, BADUNG – Dalam menghadapi tantangan waktu dan jarak, Rayni N. Massardi dan Christyan AS berhasil menuntaskan novel independen terbaru mereka, “Sinar: Cinta Luar Biasa Orang Biasa”.
Novel ini menandai kolaborasi keempat mereka setelah “Daun Itu Mati” (2017), “Rainbow Cake” (2019), dan “Darah” (2023) saat konferensi persnya pada Sabtu, 6 Juli 2024 di Madre Bali, Badung.

Rayni N. Massardi mengatakan, perkenalan dirinya Christ dimulai secara unik di Instagram pada 2016, ketika Rayni tertarik dengan gambar yang diposting oleh Christ. Hal ini memicu kerja sama pertama mereka yang berlanjut meskipun terpisah oleh domisili dan perbedaan usia. Pada awal 2022, Christ kembali mengajak Rayni untuk menulis novel kolaborasi. Meskipun awalnya ragu, Rayni akhirnya menerima tawaran tersebut dan mulai menulis di tengah kesibukannya.
Meski sempat terhenti, Rayni mendapat dukungan dari suaminya, Noorca M. Massardi, untuk menyelesaikan novel ini. Rayni memilih Sanur sebagai tempat untuk fokus menyelesaikan kisah “Sinar”, yang akhirnya rampung pada 15 Desember 2023.
“Semoga semua yang membaca novel ini bisa merasakan betapa luar biasanya cinta seorang perempuan biasa yang terwujud dalam karakter Sinar,” kata Rayni.
Rayni menambahkan, “Sinar: Cinta Luar Biasa Orang Biasa” menceritakan seorang perempuan bernama Sinar Simakir yang belum punya pacar pada usia 24 tahun. Ia tinggal bersama ayahnya yang memiliki bengkel dan menjalani keseharian sebagai penjaga toilet mal, pekerja paruh waktu di perpustakaan, dan pemain TikTok. Dari sebuah video di TikTok, ia berkenalan dengan Bumimata, seorang duda tanpa anak, yang kemudian menyimpan rahasia besar.
Kolaborasi Tiga Karya: “Darah” oleh Rayni N. Massardi dan Christyan AS
Kolaborasi ketiga mereka, “Darah”, muncul ketika Rayni sedang sibuk mengerjakan novel grafis “Tidak Jatuh Cinta” dan “Sinar”. Rayni secara spontan menulis puisi atau “aksara” yang kemudian ditunjukkan kepada Christ. Christ langsung tertarik dan menambahkan gambar di setiap puisi.
“Darah” terdiri dari 65 puisi yang menggambarkan pentingnya darah dalam kehidupan manusia.
“Manusia hidup karena darah mengalir dengan baik di dalam tubuh. Untuk itu, sudah sepatutnya kita berterima kasih, mencintai, dan menghormati darah,” jelas Rayni.
Meskipun ada tantangan komunikasi karena perbedaan jarak, Rayni menganggap proses menulis bersama sebagai kemenangan dan kebanggaan.
“Walau banyak kesulitan selama proses menulis, aku berhasil melaluinya dengan baik,” tutupnya.(den/ub)