UPDATEBALI.com, BULELENG – Bulan April merupakan bulan lahirnya sosok Kartini di Indonesia. Sosok pejuang emansipasi kaum perempuan simbol kesetaraan gender ini selalu menjadi inspirasi bagi perempuan di nusantara.
Salah satu sosok perempuan di Buleleng yang bernama Ketut Sri Poni yang berasal dari Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng sangat menginspirasi semangat juang Raden Ajeng Kartini untuk memperjuangkan nasib perempuan dalam berbagai aktivitas.
"Sosok Kartini menjadi motivasi tiang selaku pengusaha pengrajin kain tenun Songket yang saya rintis sejak 11 tahun lalu. Dengan kesungguhan, komitmen, keberanian dan didasari kejujuran dalam berusaha sehingga dapat berkembang sampai sekarang," ungkap Poni ketika ditemui Tim Majalah Singa Manggala di kediamannya, Jumat 14 April 2023.
{bbbanner}
Ketut Poni (49) yang hanya tamatan sekolah dasar ini menuturkan sejak memulai usaha pengrajin tenun Songket ini ketika dulu tahun 2012 hanya menjadi karyawan yang hanya menggarap kain tenun Songket, lalu memberanikan diri berwirausaha dengan mengajak 4 pengrajin kini telah berkembang menjadi 14 pengrajin.
"Dulu saya sebagai pengrajin saja. Namun saya memberanikan diri mengembangkan diri. Inilah warisan dari Raden Ajeng Kartini, sikap tangguh, berani dengan perjuangan emansipasi menjadikan perempuan zaman sekarang setara dengan laki-laki, perempuan bisa segala hal," ujarnya.
Dalam perjalanan usahanya ungkap ibu 3 orang anak ini mengatakan, kejujuran merupakan sikap yang harus ditanamkan dalam berusaha selain itu kualitas produknya berani dijamin. Hal ini sebagai pondasi usaha agar konsumen tidak kecewa dan memelihara kepercayaan konsumen secara berkelanjutan.
"Jika ada produk tenun kain Songketnya sedikit salah motif dan konsumen mau membeli dengan potongan harga, saya tidak akan menjualnya. Karena saya sangat menjaga kualitas. Jika produk yang dicari tidak ada di gerai atau stock, maka saya tidak akan mencarikan ke pengrajin lainnya. Saya suruh ketempat lain saja beli. Image atau brand dari Poni Songket agar tetap terjaga baik,"jelasnya.
Berkat usahanya, Ibu rumah tangga yang dahulu keterampilannya terkubur dalam kerajinan tenun Songket kini mulai bangkit secara perlahan. Menurut Poni, dirinya selalu memotivasi pengrajinnya untuk membantu perekonomian keluarga agar bisa hidup lebih sejahtera.
"Jangan berpangku tangan hanya menunggu pemberian dari suami. Ayo kita bisa juga bekerja selain mengurus rumah tangga, contoh seperti saya ini,"imbuhnya.
Dituturkan mengenai kwalitas produknya, Ketut Poni menyampaikan dari sisi warna akan awet tidak mudah luntur, ringan dipakai, motifnya unik dan beragam. Harganya relatif sesuai motif dan jenis benangnya.
"Harga kisaran 2,5 juta sampai 6 juta rupiah. Sudah banyak tokoh publik yang fanatik dengan produk saya. Ini berkat promosi melalui media sosial, pameran-pameran baik daerah maupun nasional,"pungkasnya.(adv/ub)