Senin, Maret 10, 2025
BerandaBaliPKB, Setia Merawat Kearifan Lokal Mendukung Visi “Nangun Sat Kerti Loka Bali�

PKB, Setia Merawat Kearifan Lokal Mendukung Visi “Nangun Sat Kerti Loka Bali�

UPDATEBALI.com, DENPASAR – PESTA Kesenian Bali (PKB) merupakan senjata ampun merawat kearifan lokal yang perdana digelar 44 tahun silam. PKB yang digagas Alm. Ida Bagus Mantra yang kala itu menjabat Gubernur Bali, selanjutnya menjadi wahana untuk ekspresi kreativitas seniman Bali. Perhelatan ini tidak hanya ditujukan untuk masyarakat Bali tapi juga dunia. Pelestarian seni dan tradisi budaya Bali ini sekaligus untuk mendukung pembangunan Bali dengan visi “Nangun Sat Kerti Loka Baliâ€? menuju Bali era baru.

Hal ini pula diterus Gubernur Bali, Wayan Koster dengan menggelar PKB 2022 pasca pademi Covid-19 sebagai bentuk konsistensi Pemerintah Provinsi Bali yang mengutamakan kebudayaan sebagai haluan pembangunan Bali dengan visi “Nangun Sat Kerti Loka Bali� menuju Bali era baru.

PKB ke-44, mengusung thema “Danu Kerthi Huluning Amerta� mengandung makna memuliakan air sebagai sumber kehidupan.

“Pembangunan Bali saat ini memang menjadikan kebudayaan sebagai hulunya,� tegas Gubernur Bali Wayan Koster pada pembukaan PKB ke-44 yang dibuka Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian mewakili Presiden RI di Depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandi Renon, Denpasar, Minggu (12/6/2022) ditandai dengan pemukulan Gong Beri.

PKB 2022 yang berlangsung dari 12 Juni-10 Juli 2022 sejatinya merupakan pesta seni rakyat yang merupakan puncak kulminasi diserap dari kesenian dan tradisi berbagai elemen masyarakat di Bali. Maka tak heran apabila PKB selalu menyedot perhatian banyak kalangan termasuk pihak luar.

Sebelumnya PKB digelar secara daring karena pandemi Covid-19, namum tahun 2022 cukup berbeda. PKB 2022 diselenggarakan secara meriah disambut gegap gempita masyarakat.

Semaraknya PKB ke-44 tahun 2002 ini, terbukti melibatkan 2.400 seniman pada pawai atau Peed Aya Pembukaan PKB 2022. Suasana semarak festival budaya terbesar dan paling ditunggu-tunggu masyarakat Indonesia dan dunia ini diikuti 24 komunitas atau duta dari Pemerintahan Provinsi, sembilan Kabupaten/kota di Bali, lembaga pendidikan menengah dan tinggi, dan BUMN/BUMD.

Baca Juga:  Ekosistem Industri Esport Perlu Didukung SDM Kreatif

Mendagri Tito Karnavian pada pembukaan PKB 2022 di Gedung Ardha Candra, Taman Budaya Denpasar, Minggu malam (12/6/2022) menegaskan dalam pembahasan RUU Provinsi Bali saat ini bersama DPR, sedang diperjuangkan satu pasal yang mengatur pengakuan karakteristik kearifan dan kebijakan lokal Bali yakni budaya, tradisi, dan seni.

“Sehingga apapun kebijakan nasional, semua terproteksi. Bali dengan budaya, seni dan tradisinya tidak tergerus,� tegas Mendagri Toto karnavian.

Oleh karena, kata Mendagri Pemerintah satu pasal perjuangkan betul, yaitu pasal untuk mengakui karakteristik ‘local wisdom’ kebijakan lokal Bali yaitu budaya, tradisi dan seni.

Dengan pengakuan tersebut, menurut dia, kearifan lokal Bali tidak mudah tergerus oleh modernisasi dan kebijakan pemerintah pusat yang mungkin tidak bersahabat dengan tradisi, budaya, seni masyarakat setempat.

“Kekayaan utama Bali bukan pada alamnya, tetapi adalah seni budayanya yang luar biasa, yang terus-menerus diregenerasikan,� sebut Mendagri menegaskan.

Oleh karena itu, Mendagri pun mendorong Gubernur Bali dan bupati/ wali kota juga untuk membuat platform dasar hukum, berupa peraturan daerah atau peraturan gubernur serta peraturan bupati/ wali kota agar seni dan budaya Bali harus dilestarikan.

Dengan demikian, program dan anggarannya sudah tertuang dalam APBD, sehingga para pegiat budaya dan seni akan terlindungi, serta seni budaya Bali akan berlanjut.

Atas dasar ini, perjuangan Gubernur Bali Wayan Koster yang mengusung konsep pembangunan Bali “Nangun Sat Kerti Loka Bali� menuju Bali era baru seperti gayung bersambut. Gubernur Wayan Koster yang mantan anggota DPR RI dua periode ini tahu benar akan sejarah perkembangan Bali sehingga menjadi budaya menjadi konsep pembangunan Bali.

“Pembangunan Bali saat ini memang menjadikan kebudayaan sebagai hulunya,� sebut Gubernur Bali Wayan Koster.

Secara tegas pula, Mendagri Tito Karnavian mengatensi dan memberikan apresiasi tinggi terhadap Pemprov Bali yang mengundang daerah lain, bahkan negara lain, dalam kegiatan PKB. “Seni dan budaya merupakan salah satu instrumen untuk mengharmoniskan sendi-sendi bangsa,� katanya.

Baca Juga:  Salurkan Bantuan Mesin Pelet Sampah Organik, PLN Dukung Pengelolaan Sampah Terpadu di Buleleng

Pernyataan Mendagri ini bolehlah dianggap sebagai pengakuan untuk kesekian kalinya dari para tokoh dan pejabat penting di negeri ini. Bahwa betapa PKB memang sarat dengan identitas sebagai instrumen pengharmonis sendi-sendi bangsa. Harus diakui pula, pernyataan sekaligus pengakuan senada itu untuk PKB bukanlah hal klise, namun tetap sebagai kontinyuitas pengingat untuk generasi penerus bangsa ini.

Pesan Leluhur

Di tengah kondisi dunia dan bangsa Indonesia menghadapi sejumlah isu seputar musibah Covid-19 dan goyangnya perekonomian bangsa, bahkan melemahnya daya beli masyarakat, nilai dan makna di balik penyelenggaraan rutin PKB pun menjadi kian penting untuk digerakkan.

Dalam sejarahnya penyelenggaraan PKB sebagai wahana pembinaan, pelestarian, serta pengembangan seni budaya Bali justru pada praktiknya kian berkembang menjadi nilai-nilai universal yang langsung maupun tidak langsung, sarat dengan pesan-pesan luhur tentang semangat gotong-royong di tengah melemahnya kondisi melalui seni. Bahwa lewat PKB, dengan ragam aktivitas seni budayanya, pesan-pesan luhur tentang semangat gotong-royong tersebut sejatinya bisa disebarkan ke segala penjuru.

Melihat sejarahnya, dengan legalitas dasar penyelenggaraan sebagaimana diatur dalam Perda Bali Nomor 7 Tahun 1979, PKB yang dicetuskan Gubernur Bali Ida Bagus Mantra, kala itu memang diplot untuk digelar setiap tahun selama sebulan pada rentang pertengahan Juni hingga Juli, bersamaan dengan masa liburan sekolah.

Khusus pada gelaran perdananya di tahun 1979, PKB malah dihelat dua bulan penuh, 20 Juni sampai 23 Agustus 1979. Berdasarkan tujuan utama penyelenggaraannya sebagai wahana pembinaan, pelestarian, serta pengembangan seni budaya Bali dengan segala persoalan plus-minusnya,

Kritik PKB

Sebagai sebuah even tahunan yang tiap kali penyelenggaraannya menyedot dana APBD hingga miliaran rupiah, perjalanan PKB tidaklah berjalan mulus-mulis saja. Artinya, di tengah puja puji yang datang dari berbagai pihak, termasuk pujian bahwa di Indonesia, hanya Provinsi Bali-lah satu-satunya provinsi di Indonesia yang mampu rutin menggelar pesta kesenian akbar setiap tahun, sebulan penuh – hingga pengakuan di level dunia, PKB pun tak luput dari hujan kritik.

Baca Juga:  Megendu Wirasa, Cara Bupati Tamba Rangkul Aspirasi Anak Muda Jembrana

PKB dikritik sebagai even yang mubazir, boros, perlu dievaluasi agar digelar dua tahun sekali, penyelengaraannya jangan hanya terpusat di Denpasar tapi sebaiknya disebar atau digilir ke semua kabupaten, tampilannya monoton, hingga tuduhan PKB kini tak ubahnya pasar malam alias pameran dagang, bukan pesta seni lagi.

Sebagian kritik tersebut memang terlontar atas dasar rasa emosional semata dan nyaris tanpa logika. Perihal kritik bahwa tampilan PKB tiap tahun monoton, misalnya, faktanya sungguh tidak demikian. Kesenian Bali yang ditampilkan tiap tahun memang terkesan itu-itu saja, ya lantaran inventarisasi dan pakem seni tradisi Bali memang begitu ada. PKB saat ini sudah tertata rapi, Profesional dan modern.

PKB Teruji

PKB adalah sebuah ikon even seni budaya yang sudah teruji keberadaannya, melewati masa yang panjang, dan melintasi situasi yang terus berubah. Bagi mereka yang masih belum paham tentang semangat gotong-royong dalam melestarikan seni dan tradisi baik lokal maupun modern, coba belajar dari sebuah pesta yang bernama PKB ini.

PKB, festival budaya terbesar di Indonesia ini diimplementasikan dalam setiap aktivitas seni yang menjadi materi pokok dalam Pesta Kesenian Bali yakni meliputi Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Wimbakara (Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni).

Di PKB, semangat kebersamaan dan gotong-royong dijunjung tinggi, untuk membangkitkan semangat dan menggairah perekonomian dan pariwisata, tidak hanya berhenti pada ucapan. Tapi nyata adanya. Contoh kecil misalnya, setiap even terjadi transaksi perdagangan hingga milyaran rupiah.

Songsong Bali Era Baru, melalui pelestarian seni dan tradisi budaya Bali untuk mendukung pembangunan Bali dengan visi “Nangun Sat Kerti Loka Bali� menuju Bali era baru.

Penulis: Wartawan dan Pemimpin Redaksi Media Online updatebali.com

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments