Senin, Maret 10, 2025
BerandaBaliPKB, sebagai ‘Bejana’ Pencetak SDM Unggul Indonesia

PKB, sebagai ‘Bejana’ Pencetak SDM Unggul Indonesia

UPDATEBALI.com, DENPASAR – Pesta Kesenian Bali (PKB) sebagai event tahunan telah menjadi magnet bagi para pecinta seni dan budaya, memperkokoh posisinya sebagai salah satu event kebudayaan terbesar di Indonesia sejak 1979. PKB tidak hanya menjadi ajang bagi para seniman Bali, seniman dari berbagai kabupaten/ provinsi di Indonesia tetapi juga para seniman dari mancanegara. Oleh karena itu PKB telah ditetapkan sebagai 10 besar Kharisma Even Nusantara dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Hal itu ditegaskan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono, ketika membuka PKB ke-46 di Depan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar, Sabtu 15 Juni 2024.

Secara khusus pula, Agus Harimurti Yudhoyono mengatensi dan memberikan apresiasi tinggi terhadap Pemprov Bali yang telah membangun manusia unggul dengan mengusung tradisi dan budaya Bali yang Adiluhung.

“Saya menyampaikan apresiasi atas upaya Pemprov Bali, para pekerja seni dan seluruh masyarakat Bali yang terus berkarya, mengekspresikan karya seni serta terus mengembangkan estetika dan tradisi adiluhung kebudayaan Bali sebagai jalan membangun manusia unggul Indonesia ke depan,” tegasnya.

Pernyataan Agus Harimurti Yudhoyono tersebut tentu tidak mengandung hal-hal baru yang esensial jika harus ditujukan pada eksistensi PKB, sebab senyatanya salah satu tujuan PKB memang seperti itu. Namun, di satu sisi, pernyataan itu bolehlah dianggap sebagai pengakuan untuk kesekian kalinya dari para tokoh dan pejabat penting di negeri ini bahwa betapa PKB memang sarat dengan identitas sebagai instrumen ekpresi karya seni sebagai pencetak generasi unggul Indonesia secara berkelanjutan.

Harus diakui pula, pernyataan sekaligus pengakuan senada itu untuk PKB bukanlah hal klise, namun tetap sebagai kontinyuitas pengingat untuk generasi penerus bangsa ini. “Seni dan budaya merupakan salah satu instrumen untuk melahirkan dan mencetak generasi unggul bangsa,” katanya.

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono, ketika membuka PKB ke-46 di Depan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar didampingi Pj. Gubernur Bali SM.Mahendra Jaya dan ketua DPRD Bali. N. Adi Wiryatama.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono, ketika membuka PKB ke-46 di Depan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar didampingi Pj. Gubernur Bali SM.Mahendra Jaya dan ketua DPRD Bali. N. Adi Wiryatama. Sumber foto: yan/ub

Menteri Agus Yudhoyono juga menyebutkan PKB yang mengusung tema ‘Jana Kerthi: Paramaguna Wikrama’, Harkat Martabat Manusia Bali Unggul, sangat kontekstual dan relevan dengan Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menuju Indonesia emas 2045. PKB menjadi ruang peneguhan ekspresi serta kampanye pentingnya membangun manusia yang unggul. Manusia unggul adalah manusia yang memiliki jati diri, integritas dan kualitas.

“Dengan mengusung seni budaya sendiri kita telah meneguhkan jati diri kita, karena meskipun Bali kaya akan masuknya budaya-budaya asing tetapi budaya sendiri tidak lekang oleh waktu, tidak berkarat oleh zaman, kokoh seperti batu karang, menyinari dunia dengan warisan leluhur dan nilai- nilai suci dari para pendahulu kita . Bahkan seni budaya Bali memiliki kekuatan spiritual yang menciptakan energi besar untuk menjadi bangsa yang besar, bangsa yang unggul, bangsa yang dihormati dan disegani dunia,” tegas Menteri Agus Yudhoyono yang sekaligus sebagai simbol Gen-Z.

Nilai Sejarah
Di tengah kondisi negara dan bangsa Indonesia yang kini sedang membangun keberagaman dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM), dibalik isu pertentangan yang kerap terjadi, maka makna di balik penyelenggaraan rutin PKB pun menjadi kian penting untuk di kedepankan, karena seni dan budaya juga salah satu alat pemersatu bangsa.

Dalam perjalanannya, nilai sejarah penyelenggaraan PKB sebagai wahana pembinaan, pelestarian, serta pengembangan seni budaya Bali justru pada praktiknya kian berkembang menjadi nilai-nilai universal yang langsung maupun tidak langsung sarat dengan pesan-pesan luhur tentang menciptakan manusia unggul secara berkelanjutan. Bahwa lewat PKB, dengan ragam aktivitas seni budayanya, pesan-pesan luhur tentang regenerasi dan penciptaan ide-ide kreatif tersebut sejatinya bisa disemai, ditebar, dan disebar ke segala penjuru.

Bercermin dari sejarah bergulirnya PKB, tak lepas dari legalitas dasar penyelenggaraan sebagaimana diatur dalam Perda Bali Nomor 7 Tahun 1979, PKB yang digagas Gubernur Bali Ida Bagus Mantra memang diplot untuk digelar setiap tahun selama sebulan pada rentang pertengahan Juni hingga Juli, bersamaan dengan masa liburan sekolah. Bahkan khusus pada gelaran perdananya di tahun 1979, PKB malah dihelat dua bulan penuh, 20 Juni sampai 23 Agustus 1979.

Berdasarkan tujuan utama penyelenggaraannya sebagai wahana pembinaan, pelestarian, serta pengembangan seni budaya Bali, dengan segala persoalan plus-minusnya, PKB pun tergelar rutin tiap tahun hingga tahun 2024 ini telah memasuki kali ke-46.

Baca Juga:  Presiden RI Ke-5 Megawati Soekarnoputri Buka PKB XLV 2023, Bupati Giri Prasta : Seni Representasi Peradaban

PKB tahun 2024 mengusung tema “Jana Kerthi: Paramaguna Wikrama”, Harkat Martabat Manusia Bali Unggul, yang mengandung makna upaya pemuliaan hidup dan kehidupan manusia secara Sakala-Niskala, untuk mewujudkan manusia Bali yang unggul dan bermartabat. Manusia unggul dapat dibangun dengan memperkuat pemahaman terhadap nilai-nilai luhur yang tersimpan dalam berbagai objek kebudayaan Bali. Oleh sebab itu karya seni yang ditampilkan selain menyemai keindahan, juga bertutur tentang berbagai upaya membangun sumber daya manusia Bali unggul yang memiliki jati diri, integritas, dan kualitas.

Oleh sebab itu, Pj. Gubernur Bali pagelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) yang ke-46 Tahun 2024, merupakan salah satu bentuk komitmen dalam penguatan dan pemajuan kebudayaan. Sebagai pesta tahunan yang telah mendapat pengakuan dunia, PKB menjadi ajang pertemuan insan-insan kreatif untuk berkreasi, berkolaborasi dan saling mengisi.

“PKB sebagai event seni dan budaya yang bernilai sejarah, sebagai bagian dari memori kolektif tidak saja bagi Krama Bali, tetapi juga nasional dan dunia internasional. PKB menjadi event budaya terbesar, terlama dan bereputasi internasional sebagai wahana pelindungan, pelestarian dan pengembangan seni tradisi, klasik dan seni kerakyatan,” kata Mahendra Jaya.

Selain sebagai ajang pentas seni dan budaya PKB juga menampilkan karya perajin. Sebanyak 151 perajin (Industri Kecil Menengah/IKM) terpilih mengikuti pameran di ajang festival kesenian ini. Adapun 151 IKM tersebut terdiri dari produk perhiasan emas dan perak sebanyak 18 IKM, produk tenun 43 IKM, produk aneka kerajinan 44 IKM serta produk 46 IKM.

PKB tidak hanya sebagai ajang menampilkan kekayaan seni budaya, tetapi juga momentum penting bagi para perajin lokal untuk memperkenalkan hasil karyanya kepada masyarakat luas, baik dari dalam maupun luar negeri.

Apresiasi Karya Seni
Gelaran PKB tahun ini tidak hanya diisi oleh seniman Bali tetapi juga seniman dari Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia diantaranya DKI Jakarta, Kota Depok (Jawa Barat), Kabupaten Lampung Barat, DI Yogyakarta, Provinsi Sumatera Selatan, Kota Kupang (NTT), Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Utara, Kota Surakarta, Kabupaten Katingan (Kalimantan Tengah). Tidak hanya itu 8 negara sahabat juga berpartisipasi pada Bali World Culture Celebration tahun 2024 ini, yaitu: Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), India, Jepang, Hongkong, Ukraina, dan Malaysia.

“Saya mengajak seluruh Krama Bali dengan semangat ‘Ngrombo’ bersinergi dan bergotong-royong bersama-sama berupaya mensukseskan penyelenggaraan PKB ke-46 Tahun 2024. Mari kita apresiasi karya seni para seniman dan pelaku seni melalui beragam karya seni tradisi, klasik dan seni rakyat, demi keajegan keluhuran seni dan budaya Bali yang kita cintai bersama.” tegas Mahendra Jaya.

PKB 2024 yang berlangsung sebulan penuh dari tanggal 15 Juni- 13 Juli 2024, melibatkan sekitar 13.515 seniman dari 275 sekaa/sanggar/komunitas seni dalam berbagai aktivitas seni meliputi Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara(Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Workshop/Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni), Bali World Culture Celebration (Perayaan Budaya Dunia di Bali) dan Jantra Tradisi Bali (Pekan Kebudayaan Daerah). Seluruh mata acara itu, secara simultan dihadirkan untuk tetap menjaga produktivitas, kreativitas dan memberi panggung apresiasi seni terhadap seniman dan pelaku seni di Bali, serta memberikan hiburan sehat dan edukatif bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pembukaan PKB ke-46 diawali dengan Peed Aya (pawai) dan disambut dengan suara gamelan Gong Gede, Semar Pagulingan, serta gamelan Ketug Bhumi sekaligus mengiringi maskot PKB “Siwa Nataraja”. Terdapat 10 peserta dalam Peed Aya PKB XLVI tahun 2024 yaitu Komunitas Usadi Lango, Institut Seni Indonesia Denpasar, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Tabanan, Kota Denpasar, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Klungkung.

Seniman Muda
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Bali yang merupakan leading sektor, PKB 2024 diikuti 13.561 seniman dan 90 persen seniman muda. Dari 13.561 seniman ini berasal dari 285 lembaga seni seperti sanggar, yayasan, dan desa-desa di Bali. Tema yang diangkat “Jana Kerthi Paramaguna Wikrama, Harkat Martabat Manusia Unggul” diharapkan sebagai pemantik tim pembina para duta kabupaten dan kota untuk menghasilkan karya-karya kreasi baru ataupun menumental.

Baca Juga:  Dispar Sebut Pesta Kesenian Bali Tarik Kunjungan Wisatawan Domestik

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha menjelaskan PKB ke-46 menampilkan 8 (delapan) materi pokok meliputi Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara (Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), dan Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni). Sementara event budaya yang dirangkaikan pelaksanaan PKB, yakni penyelenggaraan Bali World Cultural Celebration (Perayaan Budaya Dunia di Bali) dan Jantra Kebudayaan Bali (Pekan Kebudayaan Daerah).

“Selain diikuti oleh duta kabupaten dan kota serta sanggar-sanggar seni di Bali, PKB kali ini juga melibatkan partisipasi dari luas daerah dan luar negeri, seperti grup kesenian asal Amerika, Kanada, Jepang, Hongkong, Ukraina, Malaysia, RRT, India, dan Taiwan,” sebut Arya Sugiartha.

Kurator PKB, Drs. I Gede Nala Antara tema PKB tahun 2024 memberikan arti satu tauladan kepada generasi muda tentang hakekat manusia unggul. Nala Antara mengaku Tim Kurator mengaku setelah mengevaluasi pelaksanan PKB sebelumnya, maka PKB kali ini diharapkan lebih berkualitas.

Karena sejak Oktober 2023 lalu, Tim Kurator sudah merancang pernik-pernik sekecil apapun diperhatikan, sehingga pelaksanaan PKB bisa menjadi lebih baik. “Hal ini sebagai upaya Tim Kurator menjawab testimony penonton yang selalu mengatakan PKB monoton,” ucapnya saat dilakukan rapat koodinasi di kantor Disbud Bali.

Kelompok kesenian dari sembilan kabupaten dan kota menyatakan sudah sangat siap tampil dan telah dikurasi. Termasuk dengan partisipasi dari sanggar-sanggar seni. Sanggar-sanggar ini, sebelumnya mengajukan diri untuk tampil, bahkan sudah dikurasi, sehingga menampilkan kesenian yang kreatif, dan tidak sama dengan pementasan yang dilakukan di masyarakat.

Senada dengan Gede Nala Antara, kurator Prof. I Wayan Dibia mengatakan pada saat melakukan kurasi ke daerah-daerah pihaknya menekankan kepada pengisi acara agar membedakan saat tampil di PKB dengan pentas di desa-desa. PKB itu sebuah puncak penyajian kesenain-kesenian unggul dari daerah-daerah di Bali.

Menariknya kata Dibia, perhelatan PKB tahun 2024 ini didominasi oleh anak-anak muda. Bahkan, hampir 90 persen anak-anak muda yang menyemarakkan setiap pergelaran seni ataupun lomba. Hanya satu pementasan yang didominasi orang tua, yakni drama gong lawas. Sementara gong kebyar, janger, barong apalagi lomba baleganjur dilakoni anak-anak muda.

Jika pada PKB sebelumnya, masih ada orang tua yang mewarnai lomba Bleganjur, tetapi kini hampir semuanya anak-anak muda kreatif. Orang tua tidak kuat mereka bermain cepat dan keras. “Ini seakan menjadi wilayah dan kiprah untuk anak-anak muda, sehingga PKB menjadi riang. Ini menjadi wadah belajar para seniman muda untuk mengadopsi kesenian mereka dengan kontes kekinian,” paparnya.

 Peserta Peed Aya (pawai) saat unjuk gigi di depan panggung kehormatan pada pembukaan PKB ke-46 tahun 2024.
Peserta Peed Aya (pawai) saat unjuk gigi di depan panggung kehormatan pada pembukaan PKB ke-46 tahun 2024. Sumber foto: yan/ub

Kritik dan Pujian
Sebagai sebuah even tahunan yang tiap kali penyelenggaraannya menyedot dana APBD hingga miliaran rupiah, perjalanan PKB tidaklah berjalan aman-aman saja. Artinya, di tengah puja puji yang datang dari berbagai pihak termasuk pujian bahwa di Indonesia, hanya Provinsi Bali-lah satu-satunya provinsi di Indonesia yang mampu rutin menggelar pesta kesenian akbar setiap tahun, sebulan penuh hingga pengakuan di level dunia, PKB pun tak luput dari hujan kritik.

PKB dikritik sebagai even yang dinilai mubazir, boros, perlu dievaluasi, penyelengaraannya jangan hanya terpusat di Denpasar tapi sebaiknya disebar atau digilir ke semua kabupaten, tampilannya hanya itu-itu saja alias monoton, hingga tuduhan PKB kini tak ubahnya pasar malam alias pameran dagang, bukan pesta seni lagi.

Sebagian kritik tersebut memang terlontar atas dasar rasa emosional semata dan nyaris tanpa logika. Perihal kritik bahwa tampilan PKB tiap tahun hanya itu-itu saja alias monoton, misalnya, faktanya sungguh tidak demikian. Kesenian Bali yang ditampilkan tiap tahun memang terkesan itu-itu saja, ya lantaran inventarisasi dan pakem seni tradisi Bali memang begitu adanya.

Dibalik kritik tersebut, banyak juga pujian. Bukankah inovasi, style, tema, kemasan, dan (terutama) para generasi pelakunya berubah-ubah? Bukankah kesempatan kepada generasi muda untuk mendalami sekaligus membawakan kesenian tradisi atau leluhurnya harus diberikan secara berkesinambungan dan terus menerus? Bukankah pada tiap gelaran PKB ada saja generasi baru?.

Baca Juga:  Bupati Tamba Resmikan Spot Wisata Nirwana Garden Bali

Bukankah kebesaran dan kemegahan kebudayaan Bali kini telah mendapat pengakuan dunia, hingga melalui kebudayaan persaingan Bali dan Indonesia dapat dipertaruhkan. Terbukti Bali World Culture Celebration atau Perayaan Kebudayaan Dunia di Bali adalah panggung apresiasi budaya untuk menjadikan Bali pusat kebudayaan dunia, Bali Padma Bhuwana. Artinya PKB, sebagai pesta seni sudah berkembang dan berinovasi tidak saja dari segi penyajian juga senimannya juga berubah.

Tak terasa memang, PKB kini telah memasuki tahun ke-46, menjelang setengah abad. Dalam rentetan episode perjalanannya, gelaran ini telah melewati kurun masa orde baru, orde reformasi, dan kini orde Indonesia kerja sebagai suatu masa dimana kerukunan bangsa dan keutuhan NKRI justru mengalami banyak cobaan dan tantangan. Dalam konteks menjaga keutuhan NKRI, PKB yang (meskipun) semata-mata sebagai sebuah even pesta kesenian tentu memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan sumbangsihnya di tataran ideologi.

Bahwa PKB sebagai suatu wahana yang sarat dengan ideologi penciptakan karsa. Dalam perkembangannya, PKB tidak lagi stagnan hanya berasyik-asyik dengan kesenian Bali, tradisi, rekonstruksi, maupun kreasi, ibarat pemilik atau pelayan art shop yang setiap hari setia menggosok patung-patung yang dijualnya sehingga licin berkilau. Namun, PKB telah membuka diri selebar-lebarnya bagi tampilan kesenian luar – nasional maupun mancanegara. Maka tak heran PKB tahun 2024 ini tercatat 8 Negara sahabat berpartisipasi yaitu Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, India, Jepang, Hongkong, Ukraina dan Malaysia.

Dan PKB ke-46 ini sudah diikuti seniman dari berbagai provinsi kabupaten kota di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Kota Depok Jawa Barat, Kabupaten Lampung Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Sumatera Selatan, Kota Kupang NTT, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Utara, Kota Surakarta, Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah. “Kita ingin jadikan Bali yang berbudaya besar, melalui kesenian Bali kita bisa mengikut sertakan seluruh rakyat Bali bahkan Indonesia, dan dinikmati Dunia,” sebut PJ Gubernur Bali Mahendra Jaya.

PKB 2024 yang berlangsung sebulan penuh dari 15 Juni- 13 Juli 2024, melibatkan sekitar 13.515 seniman dari 275 sekaa/sanggar/komunitas seni dalam berbagai aktivitas seni meliputi Peed Aya (Pawai), Rekasadana (Pergelaran), Utsawa (Parade), Wimbakara(Lomba), Kandarupa (Pameran), Kriyaloka (Workshop/Lokakarya), Widyatula (Sarasehan), Adi Sewaka Nugraha (Penghargaan Pengabdi Seni), Bali World Culture Celebration (Perayaan Budaya Dunia di Bali) dan Jantra Tradisi Bali (Pekan Kebudayaan Daerah).

Seluruh mata acara itu, secara simultan dihadirkan untuk tetap menjaga produktivitas, kreativitas dan memberi panggung apresiasi seni terhadap seniman dan pelaku seni di Bali, serta memberikan hiburan sehat dan edukatif bagi seluruh lapisan masyarakat.

PKB secara tak langsung juga memberi andil terhadap pariwisata Bali. Kreatifitas seni yang ditampilkan juga sekaligus sebagai media promosi kebudayaan kepada wisatawan. Bahkan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamanparekraf) Angela Tanoesoedibjo ketika menghadiri pembukaan PKB ke-46 menekankan pentingnya event seni ini sebagai sarana efektif promosi pariwisata Bali melalui seni budaya.

Angela berharap event ini dapat menarik minat kunjungan wisatawan sehingga dapat mendorong pencapaian target wisatawan mancanegara maupun domestik tahun ini. “Pesta Kesenian Bali ini selalu menjadi ajang promosi pariwisata Bali dengan menghadirkan beragam pertunjukan kesenian yang menampilkan kekayaan budaya Bali selama 46 tahun,” ujarnya.

Dan PKB adalah sebuah ikon even seni budaya yang sudah teruji keberadaannya, melewati masa yang panjang, dan melintasi situasi yang terus berubah. Bagi mereka yang ingin melihat peran generasi muda dalam mewujudkan generasi unggul menuju ‘Indonesia Emas’, coba belajar dari sebuah pesta yang bernama PKB ini, karena perhelatan pesta seni ini sudah mencetak dan memberi panggung kepada generasi unggul. Oleh sebab itu marilah kita rawat PKB ini, sebagai ‘bejana’ atau tempat untuk mencetak sumber daya manusia unggul menuju Indonesia emas 2045.

Penulis: Wartawan dan Pemred Updatebali.com

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments