UPDATEBALI.com, BADUNG – Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Bambang Hendroyono, menekankan pentingnya aksi bersama dalam akselerasi pemulihan ekosistem dan penguatan tata kelola lingkungan untuk mencapai keberlanjutan.
Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Kerja Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Wilayah Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara yang digelar di Badung, Bali, pada Selasa 25 Juni 2024.
“Kita harus melakukan terobosan dan inovasi dalam proses pembangunan. Jika tidak, tiga krisis global yang terjadi, yaitu perubahan iklim, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pencemaran lingkungan, akan semakin meningkat. Oleh karena itu, kita harus mendayagunakan energi dan komitmen kita semua untuk lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat melalui proses transformasi lingkungan dan ekonomi,” tegas Bambang.
Mengikuti arahan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, Bambang menekankan bahwa tindakan nyata dan implementasi adalah kunci dalam upaya aksi lingkungan, dengan pemuda sebagai kolaborator utama. Pemulihan berkelanjutan dan inklusif harus menjadi fokus bersama.
Bambang juga menyatakan bahwa proses pemulihan ekosistem akibat pencemaran dan kerusakan lingkungan harus diubah dari cost center menjadi profit/prosperity center. Restorasi, rehabilitasi, dan reklamasi adalah pendekatan yang harus dioptimalkan.
Dalam pengelolaan sumber daya alam, penerapan kepemimpinan transglobal harus mendayagunakan berbagai instrumen lingkungan hidup untuk mengendalikan kebijakan, rencana, program, dan aktivitas pembangunan di wilayah ekoregion terestrial dan laut secara terintegrasi untuk mewujudkan keberlanjutan.
“Kuncinya adalah agar kita dapat menjamin keberlanjutan proses, fungsi, dan produktivitas lingkungan, mulai dari kualitas udara, air, dan laut yang baik dan sehat, lahan yang produktif, hingga terjaganya keanekaragaman hayati, serta menjamin keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Bambang.
Bambang juga menekankan bahwa kepemimpinan transglobal yang sukses mencakup enam kecerdasan: kognitif, moral, emosional, bisnis, sosial budaya, dan global. Ketika dimiliki oleh seorang pemimpin, hal ini akan menciptakan lima perilaku utama: tahan terhadap ketidakpastian, kolaboratif, fleksibel pragmatis, visioner, dan berorientasi pada talenta.
“Pemimpin transglobal yang sukses akan memperlihatkan efektivitas dan kesuksesan kepemimpinannya, kinerja organisasi yang dipimpinnya pun akan baik, dan yang tak kalah penting, landscape-seascape akan dikelola secara terpadu dan berkelanjutan,” jelas Bambang.
Bambang menambahkan bahwa pemimpin transglobal harus mendorong proses pemulihan ekosistem menjadi aksi bersama dan mendorong perubahan signifikan pada sikap dan perilaku manusia. Kepemimpinan transglobal menciptakan sinergi dan kolaborasi serta mengembangkan konsep SHARE (Story, Hype, Actionable, Relevant, and Emotional).
Di era hyperconnected, partisipasi dalam pemulihan ekosistem bisa dimulai dari sharing, shaping, hingga funding. Masyarakat perlu didorong untuk menjadi partisipan aktif dalam pemulihan ekosistem, meningkatkan tingkat partisipasi, dan berkontribusi secara finansial.
“Pemulihan ekosistem dengan melibatkan semua pihak telah memiliki landasan hukum yang kuat. Berbagai konvensi internasional terkait pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup juga menegaskan pentingnya pemulihan ekosistem dengan melibatkan semua pihak,” pungkas Bambang.
Rapat kerja ini dihadiri oleh lebih dari 300 peserta dari Satuan Kerja Pusat dan Unit Pelaksana Teknis KLHK, Organisasi Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan pembangunan, lingkungan hidup dan kehutanan, serta Perguruan Tinggi di Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara.(*/ub)