Senin, Maret 10, 2025
BerandaBaliPemprov Bali Klarifikasi Terkait Deflasi Nasional dan Bali Sama-Sama Terjadi pada Mei...

Pemprov Bali Klarifikasi Terkait Deflasi Nasional dan Bali Sama-Sama Terjadi pada Mei 2024

UPDATEBALI.com, DENPASARPemerintah Provinsi Bali memberikan klarifikasi terkait judul berita harian yang terbit pada Selasa 4 Juni 2024 berjudul “Nasional Deflasi, Bali Inflasi 3,54 Persen”.

Kepala Biro Pengadaan Barang/Jasa dan Perekonomian Setda Provinsi Bali, I Ketut Adiarsa, menegaskan bahwa judul berita tersebut tidak akurat.

Adiarsa menjelaskan bahwa pada Mei 2024, secara bulanan, deflasi nasional tercatat sebesar -0,03% (m-to-m). Sementara itu, Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar -0,10% (m-to-m), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,32% (m-to-m). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali berada pada angka 3,54% (y-on-y), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 2,84% (y-on-y). Dengan demikian, baik Bali maupun nasional sebenarnya mengalami inflasi secara y-on-y dan deflasi secara m-to-m.

Baca Juga:  Tambah Lahan untuk Tanam Cabai, Pj Ketut Lihadnyana : Pengendalian Inflasi di Buleleng Cukup Bangus

Terjadinya deflasi di Bali terutama dipengaruhi oleh penurunan harga beras, tomat, daging ayam ras, sawi hijau, dan cabai rawit. Penurunan harga beras dan cabai rawit disebabkan oleh melimpahnya pasokan akibat musim panen raya di Provinsi Bali. Sementara itu, penurunan harga tomat dan sawi hijau terjadi seiring dengan meningkatnya pasokan dari Jawa dan kondisi cuaca yang membaik. Penurunan harga daging ayam ras dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan dari Jawa dan menurunnya harga jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak.

“Di Bali, hanya Denpasar yang mengalami inflasi bulanan dibandingkan tiga kota IHK lainnya yaitu Badung, Tabanan, dan Singaraja. Hal ini disebabkan oleh kenaikan tarif parkir. Jika tidak ada kenaikan tarif parkir di Denpasar, kota ini juga bisa mengalami deflasi. Jadi memang kenaikan tarif parkir yang memiliki andil besar terhadap inflasi di Denpasar,” jelas Adiarsa pada Selasa 4 Juni 2024 siang.

Baca Juga:  Dirut PLN Darmawan Prasodjo kembali Dinobatkan Jadi CEO Of The Year

Secara bulanan, Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar -0,10% (m-to-m), lebih rendah dibandingkan deflasi nasional yang sebesar -0,03% (m-to-m). Dengan demikian, Bali dan nasional juga sama-sama mengalami deflasi (m-to-m).

“Bahkan dari data tersebut, angka inflasi kita lebih baik dibandingkan nasional. Pada bulan April, inflasi kita sebesar 4,02% dan menurun pada bulan Mei menjadi 3,54%. Jadi, judul berita tersebut tidak tepat dalam membandingkan deflasi dan inflasi,” tambahnya.

Baca Juga:  Pemberdayaan Masyarakat Desa Dangin Puri Kaja Denpasar Melalui Kegiatan KKN PPM XXIV 2022 Unud

Adiarsa juga menekankan bahwa inflasi yang terkendali merupakan hasil dari konsep “Ngeromba” atau sinergi pengendalian inflasi antara Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi, TPID kabupaten/kota se-Bali, serta dukungan dari Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bali dan Bulog Bali, termasuk TPID Pusat. Upaya ini diwujudkan melalui berbagai kegiatan seperti gerakan pasar murah, penguatan peran Perumda Pangan se-Bali, Gerakan Tanam Cepat Panen, Bantuan Pangan Beras, dan Cadangan Beras Pemerintah Daerah untuk menjaga inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024.(yud/ub)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments