UPDATEBALI.com, BULELENG – Perkembangan teknologi sekarang semakin memudahkan orang melakukan berbagai aktivitas transaksi menjadi lebih mudah. Banyakan bermunculan platform digital yang memudahkan masyarakat melakukan jual beli jarak jauh. Namun, hal demikian tidak membuat semua masyarakat merasa senang.
Akibat banyakan masyarakat yang sudah beralih ke paltform digital, banyak pedagang yang kehilangan langganan dan sepi pengunjung. Tetapi, di era maraknya jualan online ini tidak membuat pedagang Pasar Anyar di Buleleng menjadi gulung tikar. Pedagang Pasar Anyar masih tetap berjualan walaupun sudah lebih sepi pengunjung, lantaran hanya di pasar mereka dapat memenuhi kebutuhan dengan berjualan.
Sejumlah pedagang di Pasar Anyar saat ditanyai pada Rabu, 18 September 2023 mengatakan tidak akan meninggalkan pasar tradisional tersebut apapun yang terjadi. Pasang surut pembeli sudah menjadi makanan sehari-harinya bahkan sebelum maraknya jual beli online.
“Saya dulu jualan juga di Facebook tapi sekarang sudah selesai, walaupun banyak peminatnya tetapi saya lebih senang jualan di pasar. Jualan di HP ribet, belum lagi ongkirnya. Kalau disini pembeli bisa langsung melihat barang dan bisa saling mengobrol, tidak ada keluhan juga dari pembeli,” ujar Ayu, pedagang baju di Pasar Anyar saat ditemui pada sore hari itu.
Supar Pedagang Sembako di Pasar Anyar mengakui memang pendapatan mereka sekarang berkurang, mulai dari adanya Covid-19 pengunjung sudah jarang datang. Harga yang mereka tawarkan untuk pelanggan rela diturunkan, walaupun demikian patang bagi mereka untuk berjualan paltform digital, bahkan pindah ke tempat lain juga enggan.
Ada banyak faktor yang membuat pedagang-pedagang di Pasar Anyar enggan untuk keluar dari zona nyaman jualannya. Mereka sudah lama berjualan disana, sudah bertahun-tahun. Pasar Anyar selain menjadi tempat berjualan juga menjadi rumah bagi mereka. Selain itu biaya sewanya juga terjangkau, fasilitas yang memadai dan juga keamanan sejauh ini masih aman-aman saja walaupun ada masalah namun hal tersebut sudah umum terjadi dan diabaikan.
“Kerja di kantoran juga sama saja duduk-duduk, disini saya jualan nunggu orang datang sambil duduk,” ujar Supar, pedagang Sembako Pasar Anyar
“Saya sudah lama disini, sudah berjualan bertahun-tahun mungkin sudah lebih dari 10 tahun. Saya sudah terlanjur nyaman di pasar ini, jika dibandingkan dengan tempat lain ya memang di kondisi dan suasananya lebih bagus, bersih dan tertata rapi tapi biaya sewanya mahal banyak pajak. Yang penting ada yang beli, percuma mewah tapi yang beli nggk ada,” ungkap Supar lagi.
Jika dilihat dari keadaan sekitar, Pasar Anyar memang terkesan kurang rapi dan jauh dari kata mewah namun pasar tradisional memang seperti itu adanya. Namun, tidaklah terlalu kumuh Pasar Anyar masih tetap terjaga.
“Iya namanya juga pasar, keadaannya ya seperti itu, terima-terima saja. Fasilitas sudah cukup memadai tinggal kita sendiri yang sadar kebersihan dan kemanan barang pribadi. Saya sempet kecolongan dompet dan hp saya hilang, ya namanya juga ramai jadi mau gimana lagi,” ujar salah satu pedagang sarana persembahyangan di Pasar Anyar.
Permasalahan yang ada di Pasar Anyar tidak membuat pedagang dan pembeli merasa tidak nyaman. Walaupun tergerus maraknya jualan online, nyatanya masih banyak pengunjung yang datang khusus pada jam pagi menjelang siang dan pada sore hari. Yang datang bukan hanya dari penduduk sekitar namun ada dari luar kota khususnya orang desa.
“Saya disini belanja, kalau ada yang murah kenapa beli yang mahal. Toh jugaan barang di tiktok shop sama shopee kualitasnya juga sama, kalau disini kan bisa langsung liat barangnya dan bisa tawar menawar,” ucap Mega, pembeli baju daster di Pasar Anyar.
Penulis : Luh Made Ayu Rantini
Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Singaraja dari Prodi Ilmu Komunikasi.