Senin, Maret 10, 2025
BerandaBaliPastika: Memanfaatkan Lahan untuk Pertanian, Bentuk Terima Kasih kepada Ibu Pertiwi

Pastika: Memanfaatkan Lahan untuk Pertanian, Bentuk Terima Kasih kepada Ibu Pertiwi

UPDATEBALI.com, DENPASAR – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika menilai upaya-upaya dalam memanfaatkan lahan untuk dikembangkan di sektor pertanian, menjadi salah satu bentuk terima kasih kita kepada ibu pertiwi.

“Kita salah jika sudah diberikan lahan, tetapi tidak dimanfaatkan. Kita berdosa kalau sampai menyia-nyiakan lahan,” kata Pastika saat menyerap aspirasi di Kebun Kalpataru, Jalan Sedap Malam Sanur Denpasar pada Jumat, 2 Agustus 2024.

Kebun Kalpataru seluas 45 are yang dikembangkan dengan konsep urban farming (pertanian di perkotaan) ditanami sejumlah tanaman sayuran dan buah-buahan seperti cabai, terong, kangkung, bayam, juga ada pohon durian, melon dan alpukat.

“Yang sudah dilakukan di sini merupakan bentuk swadharma (kewajiban) kita kepada ibu pertiwi, karena ini dapat memberikan kesehatan dan kesejahteraan. Bayangkan kalau setiap jengkal lahan di Bali dapat menghasilkan pangan dan bisa lestari,” tutur mantan Gubernur Bali dua periode itu.

Baca Juga:  Sidang Promosi Doktor PSDIE FEB Unud, Promovenda Luh Ayu Aryani Lulus "Cumlaude:

Menurut Pastika, jika manusia cinta pada ibu pertiwi dan dapat mengurusnya dengan baik, pastinya juga akan mendapatkan yang terbaik

“Saya gembira sekali melihat apa yang dilakukan di sini. Terlebih ada yang memelihara sapi, yang kotorannya bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan,” ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Pastika juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para petani dan pihak-pihak yang telah menjadikan terbentuknya Kebun Kalpataru, yang sebelumnya merupakan lahan tidur.

“Terima kasih telah turut berbuat untuk pertanian, di tengah tantangan alih fungsi lahan di Kota Denpasar yang begitu besar. Kebun ini tentu masih bisa lebih diintensifkan. Kita tentu berharap, calon-calon pemimpin Bali di masa mendatang, jangan hanya mengejar keuntungan ekonomis, tetapi juga memperhatikan sektor pertanian dan lingkungan,” katanya.

Baca Juga:  Jadi Bandar Narkoba, IRT Asal Pelapuan Diringkus Polisi

Sementara itu, Eka Mardika yang mengelola Kebun Kalpataru itu menceritakan awalnya ia terjun dalam bidang landscape dengan pengembangan tanaman hias. Tetapi karena melihat ada lahan keluarga yang terbengkalai, lalu dimanfaatkan untuk kebun.

Gusti Ketut Arka, petani lainnya mengatakan apa yang dilakukan dengan menggeluti dunia pertanian, merupakan wujud kecintaannya pada ibu pertiwi.

Ia mengutarakan anjuran untuk bertani dari instansi terkait cukup bagus. Namun masalahnya ketika panen, petani seperti dilepas dan kesulitan untuk mencari pasar.

“Kemana akan dijual dan siapa yang beli,” ucapnya.

Gusti Arka yang biasa disapa Ajik itu juga menyayangkan sulitnya penyerapan gabah dari para petani Bali.

Baca Juga:  KPU Bali : Bagi Pemilih yang Berganti Nama dan Domisili Diharapkan Lapor ke Dukcapil

Wayan Gede Aryawan menambahkan dengan pengalamannya cukup lama sebagai bartender di hotel bintang lima, kini ia bisa melibatkan beberapa ibu-ibu anggota KWT memproduksi beberapa jenis jamu yang dipasok ke beberapa hotel. Ada empat jenis jamu dari bahan empon-empon seperti jahe, kunyit dan kayu manis yang diolah menjadi jamu.

Sutari pelaku urban farming yang juga dosen ini mengatakan tantangan bertani di perkotaan karena lahan. Banyak yang memilih menjual lahan karena harga tinggi dan membangun properti karena hasilnya lebih menjanjikan.

“Kami yang masih bertahan dengan pertanian terjepit di tengah berkembangnya vila-vila di kawasan Sanur.

Meski dengan lahan terbatas, Sutari mengaku masih bisa bertahan.

“Kami riset produk apa yang dibutuhkan sehingga bisa memenuhi pasar,” kata Sri Sutari. (as/ub)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments