Senin, Maret 10, 2025
BerandaOlahragaPanah Tradisional: Prestasi atau Rekreasi?

Panah Tradisional: Prestasi atau Rekreasi?

 

UPDATEBALI.com, DENPASAR – Indonesia memiliki ragam potensi olah raga tradisional yang tidak kalah dengan olah raga moderen. Terdapat puluhan bahkan mungkin ratusan jenis olah raga tradisional nusantara yang hampir terlupakan. Peran dari para pecinta olah raga tradisional ini sangat penting dalam merevitalisasi, mewadahi dan mensosialisasikannya kepada khalayak umum.

{bbbanner}

Salah satu olah raga tradisional warisan leluhur nusantara adalah panah tradisional Jemparingan. Olah raga tradisional peninggalan Keraton Mataram ini tampak mulai menggeliat dan mulai dikenal oleh khalayak nasional dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Tidak hanya di DIY Yogyakarta, Jawa Tengah dan sekitarnya, peminat panah tradisional Jemparingan mulai menyebar termasuk di Bali.

Salah satu club panah di Bali yang aktif menggelar pelatihan maupun lomba panah tradisional adalah Jepun Bali Traditional Archery Club (JBTAC) yang bermarkas di Istana Taman Jepun, Tanjungbungkak, Kota Denpasar. JBTAC hari  Minggu, 11/12/2022, menggelar perlombaan panah tradisional Jemparingan akhir tahun memperingati hari Natal dan Tahun Baru. Diikuti oleh 50 peserta dalam semua kategori. Terdapat kategori anak-anak putra-putri dengan jarak target 10 dan 20 meter, kategori remaja dan dewasa putra-putri dengan jarak target 30 meter.

Menurut pendiri JBTAC  Anak Agung Anom Giri, panah tradisional Jemparingan berbeda dengan panah moderen.

Baca Juga:  BMKG Imbau Masyarakat Bali Wapadai Angin Kencang Hingga 1 Maret

“Mulai dari posisi yang harus duduk bersila, jarak target (anak-anak, 10-20 meter dan dewasa 30 meter), peralatan panah harus dari kayu (busur, anak panah) dan target berupa bandulan (berbentuk silinder panjang kurang lebih 30 cm), dan terdapat perpaduan olah rasa antara konsentrasi-disiplin, tenaga-teknik, kemauan serta keberuntungan,” katanya.

Anom Giri berharap dengan rutin menggelar lomba panah tradisional  jemparingan akan semakin dikenal dan dicintai oleh khalayak. Panah tradisional sangat terbuka bagi lintas generasi, karena selain melatih jasmani juga untuk berkonsentrasi.

“Sebenarnya melalui panah tradisional Jemparingan terdapat dua unsur utama yang prospektif kedepannya. Pertama sebagai ajang prestasi, karena panah tradisional Jemparingan memiliki event nasional dan sebagai rekreasi yaitu panah tradisional Jemparingan sudah diakui oleh  KORMI (Komite Olah Raga Rekreasi Masyarakat Indonesia)”, jelasnya.

Anom Giri mengakui, untuk di Bali masih menemui beberapa kendala dalam pengembangan panah tradisional Jemparingan seperti dukungan dari stakeholders dan sosialisasi yang harus rutin dilaksanakan untuk menumbuhkan kecintaan kepada warisan tradisi nusantara. Tetapi pihaknya optimis peluang pengembangan panah tradisional dan jenis permainan tradisional nusantara yang lain seperti Balogo, Ketapel maupun Tulup berpotensi sebagai pengembangan sport tourism kedepannya. (den/ub)

 

 

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments