Kamis, April 24, 2025
BerandaBaliMusim Hujan, Kasus Demam Berdarah Tertinggi di Awal Tahun

Musim Hujan, Kasus Demam Berdarah Tertinggi di Awal Tahun

 

UPDATEBALI.com, Jembrana – Disamping membawa dampak bencana banjir dan longsor, hujan yang sering terjadi akhir-akhir ini juga bisa menimbulkan penyakit. Salah satunya demam berdarah dengue (DBD) yang rawan terjadi, seperti yang terjadi di Kabupaten Jembrana. Kasus Demam Berdarah tertinggi tiga bulan terakhir di setiap awal tahun. Terutama di perkotaan, wilayah padat penduduk yang lingkungannya tidak sehat, terjadi kasus paling banyak.

Kepala Dinas Kesehatan Jembrana I Gusti Bagus Ketut Oka Parwata mengatakan, kasus demam berdarah di awal tahun paling banyak dalam tiga bulan pertama. Awal Tahun 2021 lalu sebanyak 52 kasus dari bulan Januari sampai Maret. Sedangkan diawal tahun 2022 ini, dari bulan Januari hingga Februari terhitung ada 33 kasus demam berdarah. “Disetiap bulan memang ada jumlah penurunan kasus, namun dalam tiga bulan terakhir setiap awal tahun jumlah kasus tertinggi. Bulan Maret tahun ini juga ada penurunan, tetapi data keseluruhan selama Maret masih direkap,” kata Parwata, Rabu (30/3/2022).

Baca Juga:  Mahasiswa Teknik Elektro Unud Raih Prestasi Gemilang di Mandalika Essay Competition

Dari total 33 kasus di bulan Januari hingga Februari, lanjut Parwata, kasus terbanyak di Kecamatan Negara, sebanyak 12 kasus. Kemudian 9 kasus di Kecamatan Melaya, 7 kasus di Kecamatan Jembrana dan 5 kasus di Kecamatan Mendoyo. Sedangkan di Kecamatan Pekutatan dari bulan Januari Februari belum ada kasus DB. Sementara Kecamatan Negara yang terjadi kasus paling banyak di antara lima Kecamatan di Jembrana. Salah satu Desa zona merah DB dengan tingkat potensi kasus demam berdarah yang tinggi yakni Desa Pengambengan.

Baca Juga:  Unud Apresiasi Kerja Keras Gubernur Wayan Koster Bawa Pariwisata Bali Naik Kelas

Menurutnya, kasus demam berdarah terjadi karena mengikuti musim. Setiap musim hujan pasti ada kenaikan kasus demam berdarah yang terjadi, terutama di wilayah padat penduduk dengan tingkat kesehatan lingkungan rendah. Seperti Desa Pengambengan yang berada di pesisir selatan Jembrana tersebut berada di dataran rendah dan rawan terjadi banjir. Bahkan genangan air bisa terjadi selama beberapa hari hingga menjadi tempat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak untuk menularkan demam berdarah. Karena itu, wilayah zona merah menjadi sasaran pengasapan atau fogging rutin meski tidak ada kasus demam berdarah.

Baca Juga:  Tandai Peluncuran Tahapan Pemilu 2024, KPU Karangasem Gelar Sembahyang Bersama dan Nonton Bareng

“Upaya kami yang sering dilakukan yakni fogging. Karena demam berdarah ini merupakan penyakit berbasis lingkungan, maka peran serta masyarakat sangat penting, harus rutin melakukan tiga M untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk,” tandasnya.(nal/ub)

BERITA TERKAIT

Most Popular

Recent Comments