Sabtu, Mei 10, 2025
BerandaBaliMelihat Tradisi Male dan Ambur Salim di Kampung Loloan Jembrana

Melihat Tradisi Male dan Ambur Salim di Kampung Loloan Jembrana

UPDATEBALI.com, JEMBRANA – Di masyarakat Jembrana, khususnya Kampung Loloan, di Kelurahan Loloan Timur, upacara pemotongan rambut bayi berumur 180 hari pada bulan Maulid menjadi salah satu tradisi yang menggambarkan kekayaan tradisi budaya. Prosesi pemotongan rambut diiringi dengan tradisi Male dan Ambur Salim, yang melambangkan keselamatan.

Tradisi Male di Kabupaten Jembrana, Bali, melibatkan berbagai kegiatan pada saat sang bayi berumur 180 hari, salah satunya gunting atau motong rambut. Biasanya, kegiatan ini dilakukan pada bulan Rabiul Awal (bulan Hijriyah) yang juga dikenal sebagai bulan Maulid. Pemotongan rambut sang bayi adalah akhir dari masa bayi dan mempersiapkan anak untuk tumbuh lebih dewasa.

Tradisi ambur salim yang dilaksanakan di halaman Masjid Baitul Qodim Kelurahan Loloan Timur, Kamis, 28 September 2023. Sumber foto: Dik/ub

Nur Hikmah (50) salah satu warga Loloan Timur, menuturkan bahwa tradisi ini melibatkan berbagai bentuk hiasan dan perlengkapan yang disebut rantasan (sesaji). Rantasan biasanya terdiri dari berbagai barang seperti kain yang belum pernah dipakai (sukla), beras kuning, uang logam, kelapa gading, keris (pusaka), dan barang-barang untuk merias diri.

Baca Juga:  Gelar Patroli, Pengendara Diduga Joki Balap Liar Diamankan Polsek Kota Singaraja

Setelah prosesi pemotongan rambut selesai, beras kuning dan uang logam dihamburkan ke udara, yang kemudian diperebutkan oleh para hadirin. Proses ini disebut ambur salim dan merupakan simbol keselamatan bagi semua yang hadir.

Sementara, warga lain yang juga pecinta seni budaya di Loloan, Fahrul Mahali mengatakan biasanya satu male ini dibuat untuk satu orang bayi yang mengikuti prosesi pengguntingan rambut. Selain pembuatan telur male dan pengguntingan rambut bayi, juga disertai dengan menyertakan sarana-sarana khusus, berupa yaitu kain setalam.

Baca Juga:  AMSI Bali Berharap Aparatur Desa Ambil Peran Dalam Pencegahan Hoaks

“Menurutnya kain setalam ini merupakan kain dengan tujuh jenis lalu ditambah dengan kelapa gading yang telah diukir. Selain itu juga disertai uang koin atau logam dan ada benda-benda berharga lainnya yang ditaruh di atas talam.” Semua itu menandakan bahwa bayi ini sudah siap menghadapi kehidupan di dunia dengan berbagai macam ritual seperti pemotongan atau pengguntingan rambut lalu dibawa ke rumah dimandikan dengan air kelapa gading.

“Selanjutnya bayi itu dilulur atau diborehi tubuhnya dengan beras kuning. Bayi itu kemudian dikenakan pakaian yang bagus, untuk menandakan bahwa bayi ini akan menjadi anak yang soleh dan soleha,” terangnya.

Tradisi telur male dan lainnya sudah ada sejak dulu hingga sekarang dengan sentuhan modernisasi. Artinya bentuk pajegan malenya lebih modern dengan jaman dulu.

Baca Juga:  BPBD Jembrana Cari Siswa SMA yang Dikabarkan Hilang saat Banjir

Tahun ini, lanjutnya, pelaksanaan tradisi male telur dan Ambur Salim di Kabupaten Jembrana terasa kurang meriah. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya warga yang mengikuti upacara potong rambut bayi. Saat ini, kata dia, ada sekitar 11 bayi yang hadir mengikuti pelaksanaan tradisi male telur dan Ambur Salim, tahun sebelumnya ada puluhan bayi yang ikut.

Meskipun demikian, tradisi male telur dan Ambur Salim akan tetap dilestarikan oleh masyarakat Bugis Melayu di Kabupaten Jembrana. Karena merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Bugis di Kabupaten Jembrana.

“Tradisi ini sarat akan makna dan nilai-nilai luhur, seperti nilai spiritual, nilai sosial, dan nilai budaya. Kami akan terus melestarikannya agar tidak hilang ditelan zaman,” pungkasnya. (dik/ub)

BERITA TERKAIT

Most Popular

Recent Comments