UPDATEBALI.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim untuk Kemanusiaan Abdul Halim mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu segera menyosialisasikan keberhasilan teknologi yang dikembangkannya dalam budi daya lobster.
“Kesuksesan implementasi teknologi ini mesti didukung oleh kemampuan pemerintah untuk bekerja bersama pembudidaya lobster di dalam negeri,” kata Abdul Halim ketika dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Abdul Halim menekankan pentingnya kesiapan pembudiaya lobster di berbagai daerah untuk mengadopsi teknologi budi daya lobster yang telah dikembangkan KKP tersebut.
Ia menegaskan pembudidaya lobster di berbagai daerah memiliki kapasitas untuk upgrade skill (pemutakhiran keahlian) mereka, bergantung kesiapan KKP untuk belajar dan praktek bersama di lapangan.
Selain itu, ujar dia, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) KKP memiliki peta sebaran usaha pembudidayaan lobster, di antaranya di Nusa Tenggara Barat, Lampung, Sulawesi, Jawa, Maluku, dan Papua.
“Berbekal peta tersebut, tinggal dirumuskan target, indikator, dan program kerjanya di masing-masing wilayah. Inilah faktor penentu keberhasilan program peningkatan produktivitas lobster,” kata Abdul Halim.
Sebelumnya KKP melalui Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) menyatakan telah berhasil melakukan inovasi teknologi untuk membudidayakan lobster.
“Ini berita gembira, Unit Pelaksana Teknis DJPB BPBAP Situbondo sudah berhasil menemukan teknologi budidaya lobster,” kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu, dalam siaran pers di Jakarta, 4 November 2021.
Menurut dia, upaya ini merupakan instruksi dari Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, yang sangat berkomitmen mengembangkan budi daya lobster nasional.
KKP, kata dia, selalu siap memberikan dukungan untuk pengembangannya seperti akses sarana dan prasarana, pendampingan teknologi dan lainnya.
Ia mengungkapkan BPBAP Situbondo sudah berhasil budi daya lobster dari BBL hingga 30 gram atau tahap pendederan, yaitu segmen 1 dan segmen 2 yang tergolong tahapan masih kritis, serta juga berhasil pada tahap pembesaran, yaitu segmen 3 dan segmen 4 hingga ukuran konsumsi.
Di BPBAP Situbondo, pada tahap pendederan segmen 1 dari BBL hingga saat ini 1,5 bulan dipelihara di tambak, tingkat kelangsungan hidupnya masih di kisaran 70 persen dan bahkan tahap pembesaran di segmen 3 dan 4 yang dipelihara di tambak hingga saat ini tingkat kelangsungan hidupnya di angka 100 persen. (ub/ant)