Senin, Maret 10, 2025
BerandaBaliKerajinan Beruk Tawarkan Pelestarian Budaya dan Peluang Ekonomi

Kerajinan Beruk Tawarkan Pelestarian Budaya dan Peluang Ekonomi

UPDATEBALI.com, DENPASAR – Kerajinan “beruk” berbahan batok kelapa tak saja merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan, namun sekaligus menyimpan peluang ekonomi karena kian diminati masyarakat Bali dan telah menembus pasar ekspor.

I Gede Suryawan, salah satu perajin beruk dari Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali, mengaku saat ini makin banyak masyarakat Bali maupun pelaku akomodasi wisata yang memesan beruk dan barang kerajinan lainnya berbahan batok kelapa.

“Zaman dulu, fungsi beruk yang utama adalah tempat untuk mengambil air. Namun, seiring berjalannya waktu, beruk dengan sejumlah modifikasinya bisa digunakan untuk teko tempat air, tempat nunas tirta, cangkir dan sebagainya,” katanya di Denpasar, Selasa (28/6/2022).

Suryawan sang pemilik usaha batok kelapa berbendera Yande Batok, pada Kriyaloka (lokakarya) Kerajinan Membuat Beruk (Kelokalan Narasi Air) serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-44 itu, tak saja berbagi trik cara membuat beruk, sekaligus berbagi suka dukanya dalam melakoni usaha tersebut.

Baca Juga:  Antisipasi Lonjakan Angkutan Nataru Dishub Kota Denpasar Buka 5 Pos Pantau

“Mari kita sama-sama melestarikan beruk yang merupakan warisan dari nenek moyang kita dan jangan justru kita lupakan hanya gara-gara ingin yang praktis. Oleh karena itu, generasi muda perlu tahu juga cara membuatnya,” kata pria yang telah merintis usaha sejak tahun 1996 tersebut.

Pria yang sudah kerap menjadi instruktur pelatihan batok kelapa tingkat Provinsi Bali bahkan ke sejumlah provinsi lain di Nusantara ini mengaku memang ingin sekali berbagi keahlian cara membuat beruk dan kerajinan lainnya berbahan batok kelapa.

“Untuk di Bali, sebelumnya saya juga sempat mengajar di Jembrana, Tabanan, dan Nusa Penida. Harapannya, dengan semakin banyak yang bisa, maka akan tidak sulit ketika ada peningkatan permintaan. Saat ini, perajin batok kelapa masih berfokus di Kabupaten Klungkung,” ucapnya.

Baca Juga:  Kepala BNN Peringatkan Bali Bukan "safe haven" Narkotika

Sebelum pandemi, Suryawan tak saja memenuhi permintaan pasar dalam negeri, pesanan pun mengalir dari Polandia, Ceko, Amerika Serikar, dan Jepang.

“Kalau mancanegara, mayoritas meminati yang berbentuk mangkok, pengirimannya sekitar Rp. 12.000-Rp. 15.000 buah perbulan,” ucapnya.

Sedangkan untuk pasar lokal, pihak hotel dan restoran tidak saja memesan kerajinan batok kelapa berbentuk beruk, namun juga yang berbentuk piring atau mangkok dan juga tempat cuci tangan. Selain itu, masyarakat Bali pun meminati beruk untuk tujuan upacara keagamaan sebagai tempat tirta.

Suryawan menjual produk berbahan batok kelapa bervariasi sesuai dengan bentuk, ukuran dan tingkat kerumitan, yang kisaran harganya dari Rp. 8.000 hingga Rp. 250 ribu.

“Yang paling murah itu berbentuk cangkir kopi, dan yang termahal berbentuk topeng. Kami mampu memproduksi puluhan bentuk kerajinan berbahan batok kelapa seperti untuk tempat tisu, piring, tas dan sebagainya,” katanya.

Baca Juga:  Dinas Koperasi UMKM Denpasar Gelar Sharing Session Usaha Retail

Membuat kerajinan berbahan batok kelapa, menurut dia, juga tak membutuhkan peralatan yang mahal. Alat yang diperlukan diantaranya ada pengupas serabut, pencungkil kelapa, amplas dan mesin untuk pemotong kelapa serta pembentukan pola. Untuk mesinnya ini harganya sekitar Rp. 600 ribu.

Dengan membuat kerajinan dari batok kelapa, Suryawan juga bisa mendapatkan tambahan pendapatan dengan menjual produk olahan dari isi buah kelapa dan air kelapa menjadi Virgin Coconut Oil (VCO), minyak tandusan, pepes klengis, dan saur. Sedangkan sisa-sisa batok kelapa digunakan untuk arang.

Ia juga berencana untuk membuat produk turunan berbahan kelapa menjadi handbody dan shampo.

“Ya semoga berjalan lancar dan tidak halangan,” katanya di hadapan puluhan peserta kriyaloka itu.(ub/antara)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments