UPDATEBALI.com, KARANGASEM – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan komunitas penyelam dan satuan Brimob Kepolisian Daerah Bali menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia di bawah permukaan laut perairan Desa Tulamben, Kabupaten Karangasem, Bali.
Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media di Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengingatkan pentingnya menjaga ekosistem budaya bawah laut yang merupakan bagian dari warisan budaya.
“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai langkah perlindungan untuk melestarikan cagar budaya di bawah laut, karena pentingnya situs-situs dan warisan budaya yang tidak hanya ada di darat, tetapi juga di bawah laut,” ujar Ahmad Mahendra.
Acara ini mendapat dukungan dari Kemendikbudristek melalui Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan dilaksanakan di dua lokasi terintegrasi, yakni di darat (di Puri Madha Dive Resort) dan di bawah air (di sekitar kapal USAT Liberty yang tenggelam di perairan Tulamben).
Upacara di bawah laut ini dilakukan pada kedalaman enam meter di depan situs kapal USAT Liberty. Bendera Merah Putih setinggi 17 meter (melambangkan tanggal 17 Agustus) dipasang dengan bagian enam meter di bawah permukaan laut dan 11 meter di atas permukaan laut. Hal ini melambangkan semangat untuk mengangkat nama bangsa dari kedalaman laut hingga ke langit.
“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya perlindungan untuk melestarikan budaya di bawah laut karena situs atau cagar budaya tidak hanya di darat, tetapi banyak juga situs dan cagar budaya di bawah laut,” tambahnya.
Acara ini juga dihadiri oleh Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Restu Gunawan serta Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV, Abi Kusno.
Ahmad Mahendra menegaskan bahwa perairan Indonesia memiliki 462 titik warisan budaya bawah air, termasuk kapal karam, pesawat, keramik, senjata, dan artefak bersejarah lainnya. Namun, baru 145 titik yang berhasil disurvei oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, dan hanya sedikit yang telah mendapatkan penanganan arkeologi.
Menghadapi masa depan, Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, berencana untuk melibatkan seluruh Indonesia dalam upaya melestarikan cagar budaya bawah laut dengan mengembangkan kegiatan dan destinasi wisata yang berfokus pada keberlanjutan dan keamanan.
Dalam kesempatan ini, Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan pentingnya mengenang sejarah dan budaya yang perlu dilestarikan, termasuk peninggalan bawah air. Dia juga mengumumkan rencana untuk mengadakan pelatihan bagi penyelam profesional guna memahami dan turut melestarikan Cagar Budaya Bawah Air.
Hilmar menambahkan bahwa upaya untuk mengenalkan dan melestarikan peninggalan budaya bawah air sangatlah penting, mengingat akan menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat di masa depan.
Dalam acara tersebut, Komandan Satuan Brimob Polda Bali, Kombespol Firdaus Wulanto, bertindak sebagai Inspektur Upacara di bawah air, melibatkan 48 penyelam yang membentuk tiga barisan, yakni 17-8-23, yang melambangkan tanggal 17 Agustus 2023.
Peserta upacara bawah laut melibatkan kolaborasi antara satuan Brimob Polda Bali dan 17 komunitas penyelam yang peduli terhadap warisan budaya bawah air, termasuk perwakilan dari berbagai provinsi di Indonesia.
Di antara 17 komunitas penyelam tersebut adalah Celebes Dive, Komunitas Sea Soldier, Sentra Selam Jogja, Komunitas Selam Gorontalo, Ghapura Dive Raja Ampat, Manado Freediving, Arkeologi Bawah Air HIMA Universitas Gadjah Mada, dan PB POSSI Bidang Arkeologi Bawah Air.
Terdapat pula komunitas lain seperti Emas Diving Club (EDC), Rafflesia Bengkulu Diving Centre, Kelompok Penyelam Arkeologi (KOMPAK) Gwen Dive Belitung, Polairud Polda Jambi, Komunitas Selam di Bangka, serta Komunitas Selam di Belitung dan Komunitas Selam Adespin.(ub/antara)