UPDATEBALI.com, JEMBRANA – Kasus gigitan anjing rabies atau hewan penular rabies (HPR) di Jembrana hingga bulan Mei 2023 turun drastis. Bahkan penurun kasus tersebut hingga 50 persen lebih dibanding dengan tahun sebelumnya di periode yang sama. Sementara vaksinasi HPR sudah mencapai 58 persen.
"Sampai tanggal 30 Mei kasus positif (rabies) 42 ekor anjing. Sudah jauh sekali menurun, lebih dari 50 persen dibanding tahun lalu," kata Kepala Bidang (Kabid) Keswan-Kesmavet Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana I Wayan Widarsa, saat dikonfirmasi, Senin 12 Juni 2023.
Widarsa menjelaskan, dari bulan Januari hingga akhir Mei 2023 jumlah kasus gigitan anjing positif rabies total sebanyak 42 ekor. Dengan rincian, bulan Januari 12 ekor, Februari 6, Maret 8, April 11, dan bulan Mei 5 ekor anjing positif rabies. Sedangkan tahun 2022 diperiode yang sama dari bulan Januari hingga Mei sebanyak 125 kasus gigitan.
"Di bulan Juni ini, ada tiga sample (otak anjing) yang kita kirim ke balai B-vet (balai veteriner) Denpasar untuk di cek," ucapnya.
Sementara, hasil vaksinasi HPR, kata dia, sudah mencapai lebih dari setengah jumlah populasi HPR di Jembrana.
"Sampai dengan tanggal 8 Juni 2023 sebanyak 58 persen dari estimasi populasi anjing sebanyak 46.243. Sekitar 27 ribuan yang sudah divaksin," ungkapnya.
Meskipun tren kasus gigitan HPR menunjukkan penurunan, pihkanya selalu menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk tetap waspada terhadap rabies, terutama saat terjadi gigitan. Selain itu kegiatan rutin vaksinasi massal dan KIE terus dilaksanakan guna menekan penyebaran virus rabies yang berbahaya ini.
"Vaksinasi massal dan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) tetap jalan, Tanggal 13 Juni di Desa Tuwed dan tanggal 20 dan 21 Juni di Kelurahan Gilimanuk," katanya.
Sementara, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, I Gede Ambara Putra, mengatakan bahwa jumlah orang yang digigit anjing dan dinyatakan positif rabies hingga bulan Mei 2023 lalu mencapai 123 orang, angka yang lebih rendah dibandingkan periode sama sebelumnya, sebanyak 224 orang dilaporkan digigit anjing yang terinfeksi rabies, bahkan empat orang harus kehilangan nyawa mereka akibat penyakit mematikan ini.
"Kasus gigitan tahun ini telah mengalami penurunan sebesar 50 persen," ungkap Ambara. Meskipun angka tersebut telah mengalami penurunan, vaksinasi terhadap anjing tetap menjadi prioritas dan vaksin anti rabies (VAR) tetap tersedia.
Warga, kata dia, yang menjadi korban gigitan diharapkan segera melaporkannya kepada fasilitas kesehatan dan petugas lapangan terdekat. Setiap kasus gigitan harus ditindaklanjuti dengan penanganan yang tepat terhadap orang yang tergigit. Menurutnya, vaksinasi rabies pada hewan menjadi kunci utama dalam mencegah kasus baru. Jika vaksinasi pada hewan penular rabies dilakukan secara maksimal, maka kasus positif rabies dapat diminimalisir.
"Pencegahan rabies ini terutama berfokus pada vaksinasi hewan. Jika hewan sudah divaksin, peluang penularan penyakit ini semakin kecil," jelasnya.
Sementara itu, bagi orang yang menjadi korban gigitan hewan penular rabies, pihkanya telah menyediakan VAR dan serum antirabies (SAR) yang cukup. Stok VAR yang tersebar di seluruh pusat penanggulangan rabies di Jembrana mencapai 5.154 vial.
"Stok VAR kami mencukupi hingga akhir tahun," tambahnya.
Selain itu, SAR juga telah tersedia dan telah digunakan sebanyak 6 dosis pada korban gigitan di daerah dengan risiko tinggi.
"Kasus gigitan dengan risiko tinggi umumnya terjadi di area jari dan bahu ke atas," pungkasnya.(dik/ub)