UPDATEBALI.com, JAKARTA – Dr. Nina Asrini Noor, seorang dokter spesialis mata yang lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menjelaskan bahwa menatap layar elektronik seperti ponsel, televisi, dan komputer terlalu lama dapat menyebabkan mata menjadi kering.
Dokter Nina menjelaskan bahwa semakin lama seseorang menatap layar, otak akan menginstruksikan mata untuk terus fokus pada layar tersebut, mengakibatkan mata terus terbuka dan jarang berkedip.
“Mata yang terus terbuka karena melihat layar akan membuat air di permukaan mata menjadi kering. Untuk menjaga mata tetap lembab, kita perlu berkedip. Semakin banyak kita melihat ponsel, otak akan memberi instruksi ‘jangan sering-sering berkedip, fokus saja pada pekerjaan’. Akibatnya, ketika mata terus terbuka dalam waktu lama, mata akan menjadi kering,” ujar Nina kepada media di Jakarta pada hari Selasa 18 Juli 2023.
“Dengan seringnya kita menatap layar komputer atau ponsel dalam aktivitas sehari-hari, frekuensi berkedip secara alami akan menurun, sehingga risiko mata kering semakin meningkat,” tambahnya.
Oleh karena itu, Nina yang merupakan anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, menyebutkan bahwa mata kering menjadi masalah yang umum terjadi di era digital ini.
Penelitian yang dilakukan oleh National Library of Medicine pada tahun 2021 menemukan bahwa gejala mata kering yang parah lebih sering terjadi pada mereka yang menggunakan layar elektronik selama lebih dari empat jam per hari.
Sementara itu, laporan dari Headphones Addict pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa rata-rata durasi tatap layar (screen time) masyarakat Indonesia menggunakan ponsel adalah 5 jam 39 menit per hari, yang merupakan durasi terlama di dunia.
Selain itu, durasi tatap layar masyarakat Indonesia melalui berbagai perangkat elektronik seperti televisi, komputer, tablet, ponsel, dan sebagainya, berada di peringkat kesebelas terlama di dunia dengan durasi 7 jam 42 menit.
Nina menjelaskan bahwa mata kering disebabkan oleh tiga mekanisme, yaitu Meibomian Gland Dysfunction (MGD) atau kerusakan kelenjar meibom di kelopak mata, Evaporative Dry Eye (EDE) atau penguapan air mata berlebih, dan Aqueous Deficient Dry Eye (ADDE) atau penurunan produksi air mata.
MGD adalah penyebab paling umum dari mata kering. Di populasi Asia, persentase MGD lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penduduk di wilayah lain, yaitu sekitar 46-70 persen. Beberapa studi juga menemukan bahwa mereka yang menatap layar lebih dari 4 jam memiliki risiko lebih tinggi mengalami MGD.
Nina juga memberikan saran untuk memodifikasi kebiasaan penggunaan perangkat elektronik guna mencegah mata kering.
“Artinya, kita tidak perlu berhenti menggunakan komputer, tetapi kita bisa mencoba mengubah posisi penggunaan, durasi penggunaan, atau sering-sering memberi jeda,” kata Nina.
Salah satu jeda yang direkomendasikan adalah setelah menatap layar selama 20 menit, istirahatkan mata selama 20 detik dengan melihat objek lain yang berjarak sekitar 20 kaki atau sekitar 6 meter.
“Selain itu, penting untuk cukup beristirahat dan memperhatikan asupan air yang cukup. Jika mata kering masih pada tahap awal, mungkin masih bisa menggunakan obat tetes mata yang tersedia di apotik sesuai dengan petunjuk yang tertera. Jika tidak ada perbaikan, sebaiknya segera periksakan mata ke dokter,” pungkas Nina. (ub/ant)