UPDATEBALI.com, DENPASAR – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali melaporkan stabilitas industri jasa keuangan (IJK) di Provinsi Bali hingga September 2024. Stabilitas ini ditopang oleh permodalan yang kuat, likuiditas memadai, serta profil risiko yang terjaga.
Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu mengatakan, data sektor perbankan di Bali menunjukkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar Rp110,76 triliun, naik 7,56 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (5,11 persen yoy). Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan kredit investasi, yang mencapai Rp5,72 triliun atau tumbuh 20,32 persen (yoy).
“Dorongan ini mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi Bali,” ungkap Kristrianti Puji Rahayu pada Kamis, 28 November 2024.
Kristrianti menjelaskan, sebesar 53,14 persen dari total kredit disalurkan kepada UMKM, dengan pertumbuhan 8,58 persen (yoy). Dari sisi sektor, kredit didominasi oleh kebutuhan konsumtif (34,02 persen) dan perdagangan besar dan eceran (29,33 persen).
Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum juga mengalami pertumbuhan signifikan, dengan peningkatan Rp1,76 triliun (16,35 persen yoy), yang menunjukkan pemulihan pariwisata di Bali.
Penghimpunan DPK di Bali mencapai Rp189,01 triliun dengan pertumbuhan 15,30 persen (yoy). Walaupun melandai dibandingkan tahun sebelumnya (22,42 persen yoy), peningkatan ini didukung oleh kenaikan tabungan sebesar Rp13,88 triliun.
Likuiditas Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang diukur melalui Cash Ratio (CR) tercatat sebesar 15,21 persen, sementara Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 34,67 persen, jauh di atas ambang batas.
“Tingginya permodalan perbankan mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi,” jelasnya.
Kualitas kredit tetap terjaga meskipun rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sedikit meningkat ke 3,42 persen, dibandingkan 3,21 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Piutang pembiayaan perusahaan di Bali juga mencatat pertumbuhan double digit, mencapai Rp11,81 triliun (15,20 persen yoy). Namun, pertumbuhan ini melandai dibandingkan September 2023 yang mencapai 57,38 persen (yoy).
OJK Bali terus mendorong literasi dan inklusi keuangan, termasuk bagi penyandang disabilitas, melalui berbagai program edukasi, baik secara tatap muka, daring, maupun kolaborasi strategis.
“Kami berkomitmen memperkecil kesenjangan literasi dan inklusi keuangan, selaras dengan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia 2021-2025,” ujarnya.
Dengan stabilitas yang terjaga dan pertumbuhan positif, OJK optimistis sektor keuangan Bali terus menjadi pilar penting dalam mendukung pembangunan ekonomi di wilayah ini.(yud/ub)