UPDATEBALI.com, DENPASAR – Krama Bali patut mengetahui bahwa pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor 2, Wayan Koster dan Nyoman Giri Prasta (Koster-Giri), menjadi satu-satunya paslon yang mengusung warna sakral Tridatu dalam setiap kampanye mereka.
Warna Tridatu, yang terdiri dari merah, putih, dan hitam, selalu menjadi identitas Koster-Giri dalam berbagai agenda kampanye terbuka serta pertemuan dengan masyarakat Bali, sebuah ciri khas yang tidak dimiliki paslon lain.
Dalam berbagai kesempatan, Koster-Giri tak hanya mengedepankan program kerja mereka, tetapi juga kerap menunjukkan keharmonisan mereka dengan busana adat Bali.
Wayan Koster, sering terlihat mengenakan busana adat Bali dengan dominasi warna putih, mulai dari kamen, saput, hingga udeng. Sementara itu, Giri Prasta, yang merupakan Bupati Badung dua periode, tampil dengan busana adat Bali serba hitam.
Kampanye mereka kian menonjol saat berkoordinasi dengan paslon Bupati dan Wakil Bupati yang diusung oleh PDI Perjuangan. Para paslon bupati tersebut kerap tampil dengan busana adat Bali serba merah, sehingga menciptakan susunan warna yang menggambarkan kesakralan Tridatu di panggung kampanye—merah, putih, dan hitam.
Dalam setiap kesempatan, pasangan Koster-Giri selalu menghormati urutan warna Tridatu ini. Biasanya, Koster berdiri atau duduk di tengah mengenakan putih, diapit oleh Giri di sebelah kiri dengan busana hitam, dan paslon bupati di sisi kanan dengan busana merah.
“Warna yang paling sakral di Bali adalah warna Tridatu: merah, putih, dan hitam,” ungkap Nyoman Giri Prasta saat berkampanye terbuka di Karangasem. Pernyataannya ini tak sekadar kata-kata.
Saat kampanye di Karangasem, pasangan calon Bupati Karangasem nomor 2, Gede Dana dan Nengah Swadi, tampak mengenakan busana serba merah, sementara Koster dan Giri tampil dengan kombinasi busana putih dan hitam.
“Kami menguatkan warna Tridatu untuk krama Bali yang kami cintai. Selain warna ini, tidak ada warna lain di Bali yang lebih sakral,” tambah Giri Prasta.
Tridatu sendiri memiliki makna mendalam bagi masyarakat Bali, sebagai lambang manifestasi Tuhan dalam wujud Trimurti: Dewa Brahma (merah) sebagai pencipta, Dewa Siwa (putih) sebagai pelebur, dan Dewa Wisnu (hitam) sebagai pemelihara.
Warna ini juga melambangkan perjalanan hidup manusia dalam Tri Kona—lahir, hidup, dan mati—dengan harapan, manusia senantiasa mengingat Tuhan sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur.
Tridatu bukan sekadar simbol, melainkan bagian tak terpisahkan dari spiritualitas dan kebudayaan Bali yang selalu dijaga oleh Koster-Giri dalam kampanye mereka. (ub)