UPDATEBALI.com, BADUNG – Kegiatan Pujawali Ida Betara di Pura Luhur Uluwatu kembali digelar pada hari Anggara Kasih Medangsia, Selasa, 15 Oktober 2024.
Acara sakral yang merupakan bagian dari kegiatan rutin ini berlangsung setiap enam bulan sekali, dan akan dilaksanakan selama empat hari, berakhir pada Jumat, 18 Oktober 2024, dengan upacara Penyineban oleh Puri Jro Kuta dan Krama Desa Adat Pecatu.
Pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Badung, I Ketut Suiasa, turut hadir dalam persembahyangan yang dihadiri oleh para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Badung, Camat Kuta Selatan, Bendesa Adat Pecatu, Penglingsir Jro Kuta, serta anggota Pasemetonan Angga Puri Ageng Jro Kuta. Acara ini juga menarik ribuan pemedek yang antusias mengikuti rangkaian persembahyangan.
Suiasa menekankan pentingnya keterlibatan Pemerintah Kabupaten Badung dalam mendukung pelaksanaan upacara yadnya ini. Dia menyatakan bahwa Pura Luhur Uluwatu, sebagai salah satu Pura Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan, merupakan bagian integral dari tradisi agama Hindu di Bali dan berlokasi di wilayah Kabupaten Badung.
“Pemkab Badung selalu menjalankan tanggung jawabnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam mendukung upacara yadnya sesuai dengan tata aturan sastra agama dan adat yang berlaku,” jelasnya.
Lebih lanjut, Suiasa menyoroti pentingnya sinergi antara Puri Agung Jro Kuta, Puri Jambe Celagigendong, dan Desa Adat Pecatu sebagai pengemong dan pengempon Pura Luhur Uluwatu.
“Kami dari Pemkab Badung selalu berjalan bersama dalam melaksanakan kegiatan upacara yadnya yang berskala besar. Sinergi antara komponen pengemong, pengempon, dan pemerintah sangat penting,” imbuhnya.
Plt. Bupati juga mengajak umat Hindu untuk senantiasa berbakti dan ngaturang ayah di Pura Luhur Uluwatu. Ia menyampaikan tantangan dalam meningkatkan kehadiran umat, terutama terkait penyediaan infrastruktur yang memadai.
Suiasa mengapresiasi upaya Desa Pecatu yang telah memperluas lahan parkir untuk mengakomodasi peningkatan jumlah pemedek. Selain itu, dia menegaskan perlunya pengaturan sirkulasi umat dan wisatawan di kawasan Uluwatu, serta menjaga kelestarian lingkungan.
“Kita tidak hanya menjaga kesucian pura, tetapi juga fisik lingkungannya, seperti hutan dan laut agar tetap bersih. Termasuk satwa di sini, terutama kera, yang menjadi daya tarik sekaligus tantangan. Kera perlu dikendalikan agar tidak mengganggu pemedek dan wisatawan,” tambahnya.
Sementara itu, Bendesa Adat Pecatu, I Made Sumerta, menyampaikan bahwa rangkaian Pujawali yang dilaksanakan pada hari pertama berjalan sesuai tradisi. Proses pujawali akan berlanjut hingga malam hari di Pura Pererepan dan diakhiri pada hari Jumat, 18 Oktober 2024.
“Kami mohon permakluman dari pamedek dan wisatawan, karena lahan parkir yang kami sediakan belum sempurna, tetapi kami yakin kapasitasnya sudah mencukupi. Kami berharap prosesi upacara ini dapat berjalan baik dan segala kekurangan yang terjadi tahun ini dapat menjadi bahan evaluasi untuk pelaksanaan yadnya berikutnya,” tutup Sumerta. (den/ub)