Selasa, April 29, 2025
BerandaBaliBadungSanggar Titi Bah Duta Badung Tampilkan Arja Klasik "Dempu Awang" di PKB...

Sanggar Titi Bah Duta Badung Tampilkan Arja Klasik “Dempu Awang” di PKB ke-46

UPDATEBALI.COM, DENPASAR – Sanggar Titi Bah dari Banjar Teguan Desa Punggul, Kecamatan Abiansemal, tampil sebagai duta Kabupaten Badung dalam pementasan Arja Klasik pada Kamis, 4 Juli 2024, di Art Center Bali. Pada kesempatan ini, Sanggar Titi Bah membawakan cerita “Dempu Awang”.

Menurut Ketua Sanggar Seni Titi Bah, I Gusti Made Sumadi, S.Ag., cerita “Dempu Awang” diadaptasi dari satua Bali kuno yang dikemas menjadi pertunjukan arja klasik. Cerita ini mengisahkan tentang Pangeran Kerajaan Kahuripan, Raden Mantri, yang mendapat pawisik dari sebuah mimpi. Dalam mimpinya, dia dikatakan akan bertemu jodohnya dari kerajaan yang diibaratkan dengan bunga cempaka. Jika seseorang menunjukkan kerajaan yang diibaratkan sebagai bunga cempaka, Raden Mantri akan berubah menjadi monyet bernama Dempu Awang.

Baca Juga:  Bupati Tabanan Hadiri High Level Meeting Pengendalian Inflasi Melalui TPID

Berbekal mimpi itu, Raden Mantri memulai pencarian dengan menyeberangi lautan. Nelayan menunjukkan bahwa Kerajaan yang diibaratkan sebagai Bunga Cempaka adalah Kerajaan Daha, dan saat itu Raden Mantri berubah menjadi seekor Kera Putih bernama Dempu Awang. Dempu Awang kemudian meminta agar dia dijual di pasar Kerajaan Daha.

Sementara itu, Diah Agramanik dari Kerajaan Daha meminta kepada Ibu Suri agar dicarikan seekor Kera Putih yang bisa bicara seperti manusia untuk dijadikan teman bermainnya. Ibu Suri akhirnya mendapatkan Kera Putih bernama Dempu Awang.

Sejak itu, Diah Agramanik selalu bersama Dempu Awang. Semakin lama, Dempu Awang semakin akrab bahkan semakin berani kepada Raden Galuh. Di sisi lain, Prabhu Metaum bermaksud meminang Raden Galuh Daha untuk dijadikan istri. Ketika sampai di Daha, Prabhu Metaum kecewa melihat Raden Galuh bersama seekor Kera.

Baca Juga:  Duta Denpasar Tampilkan Remaja untuk Regenerasi Seniman Arja Klasik

Prabhu Metaum marah dan ingin membunuh Si Kera, meminta pertanggungjawaban kepada Ibu Suri. Ibu Suri marah dan menyeret Dempu Awang dari kamar Raden Galuh untuk dibunuh.

Sumadi mengungkapkan bahwa persiapan untuk pementasan ini dilakukan selama enam bulan, dari Januari sampai Juni. Sebanyak 26 seniman terlibat, terdiri dari 14 penari dan 12 penabuh.

“Harapan kami ke depan terutama bagi generasi muda, agar bisa mencintai pertunjukan arja atau pertunjukan tradisional. Selain untuk melestarikan, juga untuk dikembangkan kepada siapa saja,” ujarnya.

Baca Juga:  Duta Besar India Siap Fasilitasi Unud Jalin Kerjasama dengan Universitas di India

Pada kesempatan tersebut, Kadisbud Badung, Gde Eka Sudarwita, mengaku sangat bangga dengan penampilan Sanggar Seni Titi Bah yang membawakan Arja klasik. Para pemain Arja Klasik ini adalah seniman muda yang sangat bertalenta sehingga mampu memukau penonton dengan garapan yang apik.

“Ini betul-betul membuat Arja sebagai kesenian tradisi yang mulai diminati kembali. Tentu dengan improvisasi, baik itu dialog, gerak, maupun koreografi, menjadikan Arja Klasik lebih menarik dan diminati. Kami berharap, ke depan semoga kesenian Arja Klasik ini bisa terus berkembang dan potensinya terus digali, sehingga diminati kembali oleh masyarakat,” harapnya.(adv/ub)

BERITA TERKAIT

Most Popular

Recent Comments