Senin, Maret 10, 2025
BerandaBaliCerita Wayan Pageh Siasati Harga Pakan Mahal dengan Budidaya Magot

Cerita Wayan Pageh Siasati Harga Pakan Mahal dengan Budidaya Magot

UPDATEBALI.com, BANGLI – Hanya berbekal dari tutorial YouTube, Wayan Pageh Artana mampu budidayakan magot lalat black soldier fly (bsf). Kendati belum dijual untuk umum, upaya ini terbukti mampu menekan harga produksi pakan ikan.

Budidaya magot lalat bsf ini dilakukan di kediamannya yang berlokasi di Banjar Jehem Kelod, Desa Jehem, Tembuku. Menggunakan media kelambu, lalat hitam ini dibiarkan berkembang untuk kawin.

Dibawahnya, Pageh meletakkan beberapa wadah berisi ampas tahu, serta tumpukan kayu sebagai media bertelur lalat.

“lalat akan mencari tempat yang dekat dengan sumber makanan, agar saat telur menetas anak-anaknya bisa mendapat makanan,” jelasnya saat ditemui Minggu (31/7/2022).

Pageh sendiri sejatinya merupakan pembudidaya ikan. Usahanya ini sudah dimulai sejak tahun 2009, berawal dari usaha pendederan ikan nila dengan modal Rp 3 juta. Diakui pangsa pasar ikan nila cukup besar. Ikan nila yang dihasilkan biasa dijual kepada pembudidaya ikan di kawasan Danau Batur, Kintamani untuk proses penggemukan.

“Saya bersyukur masih dipercaya untuk suplai ikan. Memang untuk usaha ini yang menjadi tuntutan adalah kualitas dan kejujuran,” ujarnya.

Lambat laun usahanya ini berkembang dan merambah ke budidaya jenis ikan lainnya. Seperti Koi hingga lele. Dari hasil budidaya ikan, pria 44 tahun ini mampu mendapatkan penghasilan Rp 20 juta hingga 25 juta per bulan. Bahkan mampu melakukan renovasi kediamannya, menambah kolam, hingga menyekolahkan anaknya sampai jenjang kuliah.

Baca Juga:  Luhut Sebut Sirkuit Mandalika Penuhi Standar Ajang Balap F1
Wayan Pageh
Cerita Wayan Pageh Siasati Harga Pakan Mahal dengan Budidaya Magot. sumber foto : ist

Walau demikian Pageh mengakui pihaknya membuat sedikit kesalahan dalam mengelola keuangan. Alhasil pendapatan per bulan mengalami penurunan drastis.

Saat ini, pendapatan per bulan dari budidaya ikan sekitar Rp 5 juta. Jumlah tersebut masih harus dipotong cicilan koperasi. Hal inilah yang menjadi cikal bakal dirinya membudidayakan magot lalat bsf.

Pageh mengungkapkan, terhitung sejak tiga tahun belakangan harga pakan ikan terus meningkat. Di mana untuk 30 kilo pakan pabrikan, harganya mencapai Rp 300 ribu. “Itu untuk pakan sehari,” ujarnya.

Dia kemudian mencari referensi dari internet, dan mendapati bahwa magot lalat bsf bisa menjadi pakan pengganti. Hingga akhirnya memutuskan untuk membeli telur magot lalat bsf secara online.

“Saya waktu itu beli 4 gram dengan harga Rp 80 ribu. Dari 1 gram telur ini bisa menjadi 4 kilogram magot. Dari sini saya berpikir, kalau 1 gram saya beli harganya Rp 20 ribu, kenapa tidak membudidayakan sendiri. Akhirnya saya belajar membudidayakan dengan bantuan tutorial dari YouTube,” ungkapnya.

Baca Juga:  ISI Denpasar Tampilkan Sendratari Ratu Ayu Mas Membah di PKB ke-44

Diakui budidaya lalat bsf sangat mudah. Pemberian pakan untuk larva yang baru menetas hanya membutuhkan ampas tahu. Di atasnya ia meletakkan jaring baja dan kertas sebagai alas telur.

“Kalau telurnya basah biasanya tidak bisa menetas,” kata dia.

Setelah berusia beberapa hari, magot akan dipindahkan ke tempat lain untuk diberi jenis pakan lain. Bisa berupa buah, sayur, atau sisa makanan lainnya.

“Saya sering menggunakan sampah organik sebagai pakan. Sebenarnya yang lebih cocok adalah pakan lunak seperti bubur. Karena magot ini sifatnya menghisap makanan. Oleh sebab itu saya masih butuh alat yang mampu pengolah sampah organik menjadi bubur,” ungkapnya.

Magot baru bisa dipanen untuk menjadi pakan ikan setelah berusia 20 hari. Pageh mengatakan magot itu sebagian ia gunakan untuk pakan ikan, dan sebagian lainnya dia biarkan menjadi prepupa, agar menjadi lalat dewasa.

“Lalat dewasa kawin setiap dua hari sekali. Lalat indukan jantan akan mati setelah kawin, sedangkan lalat betina akan mati setelah bertelur. Maka dari itu harga telur lalat ini cukup mahal,” ucapnya.

Baca Juga:  Prodi S3 Ilmu Hukum FH Unud Gelar Pengabdian kepada Para Pemangku

Pada masa kawin lalat bsf bisa menghasilkan telur mencapai 25 gram. Namun di hari-hari tertentu atau masa puncak, telur lalat bisa mencapai 60 hingga 65 gram.

“Tidak hanya magot, lalat yang mati pasca kawin juga bisa dijadikan pakan untuk lele,” sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan, saat ini hampir 80 persen pakan ikan berasal dari magot. Selain mampu meminimalisir biaya produksi pakan, Pageh mengaku ikan yang diberi pakan dengan magot tidak ada bedanya dengan diberi pakan pabrikan.

Hanya saja Pageh mengaku belum bisa menjual magot, karena masih diperlukan untuk kebutuhan pribadi. Namun ia berencana kedepan akan mencoba untuk menjual magot hasil budidayanya tersebut.

“Rencananya demikian. Saya masih butuh tiga alat. Diantaranya alat pembuat pelet, alat pembuat pakan tepung, dan alat pelunak sampah agar hasilnya seperti bubur. Setelah alat ini ada, barulah saya jual pakan ikan yang bahan dasarnya dari magot,” tandasnya. (put/ub)

BERITA TERKAIT
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments