UPDATEBALI.com, BANGLI – Salah satu tokoh masyarakat sekitar bernama I Nengah Reken mengungkapkan, total ada dua ekor sapi milik warga yang diduga terinfeksi PMK. Yakni sapi milik Jro Mangku Padu dan Komang Mekel.
“Awalnya yang diduga PMK sapi milik Jro Mangku Padu. Diketahui lima hari lalu (Rabu 20 Juli 2022). Selang sehari kemudian, sapi milik Komang Mekel mengalami hal serupa. Jaraknya berdekatan, kurang lebih 25 meter,” ujarnya Minggu (24/7/2022).
Reken mengungkapkan, dua sapi itu memiliki gejala hidung luka, tidak mau makan, dan keluar buih dari mulut. Masyarakat segera melaporkan kejadian ini pada Desa, mengingat di masing-masing kandang terdapat dua ekor sapi lainnya yang masih sehat.
“Petugas sudah datang ke lokasi untuk melakukan penyuntikan obat. Astungkara sekarang sapinya sudah mau makan lagi,” ucapnya.
Reken berharap pihak dinas terkait segera mengalokasikan vaksin PMK di wilayah Desa persiapan Pulasari. Upaya ini untuk meminimalisir keresahan masyarakat, mengingat sebagian besar warga sekitar memiliki ternak sapi.
“Harapan kami dari pihak dinas segera melakukan vaksinasi di Desa persiapan Pulasari, agar penyakit ini tidak menyebar ke ternak warga lain,” harapnya.
Diketahui pula, dugaan kasus PMK juga terjadi di wilayah perbatasan Desa Abang Batudinding dan Desa Suter, Kintamani tepatnya di Banjar Peselatan.
Kelihan Bajar Dinas Peselatan, I Nengah Suradnya menyebut, ada dua sapi yang diduga terinfeksi PMK. Keduanya milik I Wayan Rasten dan Nyoman Sukarma. Pihaknya telah melapor ke Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli, dan petugas telah turun melakukan pemeriksaan serta pengobatan.
“Hasil pemeriksaan sapi mengalami gejala panas, mulut berbusa berlebihan, hidung terluka dan kaki bengkak. Ciri-cirinya hampir sama dengan gejala PMK seperti yang disosialisasikan oleh petugas,” kata dia.
Sementara itu, Humas Satgas Penanganan PMK Bangli I Wayan Dirgayusa dikonfirmasi terpisah menjelaskan, setelah adanya informasi dari masyarakat pihak dinas PKP sudah melaksanakan identifikasi ke masing-masing lokasi. Dari hasil pengecekan di lapangan oleh beberapa petugas, baru dilaksanakan pemeriksaan dan belum dilakukan pengambilan sampel.
“Jadi baru diberi pengobatan, dan edukasi pada pemilik. Itu langkah yang dilakukan petugas. Untuk menentukan apakah ternak terkonfirmasi PMK atau tidak, harus melalui proses laboratorium, melalui pengambilan sampel. Namun sampai saat ini, informasi yang saya terima dari dinas PKP belum ada pengambilan sampel. Karenanya jumlah (penambahan, red) kasus PMK di Bangli sampai saat ini masih kosong,” sebutnya.
Dirgayusa yang juga Kepala Diskominfosan Bangli ini menambahkan, pemeriksaan pada hewan ternak itu dilakukan pada hari Jumat (22/7/2022), bersamaan dengan pelaksanaan vaksinasi radius 3 kilometer dari desa terdampak PMK.
“Kami juga belum menerima informasi berapa jumlah sapi yang sudah dilakukan pemeriksaan di lapangan,” ujarnya.
Ia menambahkan, secara teknis pihaknya tidak tahu apa alasan belum dilakukan pengambilan sampel pada sapi yang diduga terinfeksi PMK. Namun ia menjelaskan, priroirtas utama saat ini adalah capaian vaksin. Sehingga tindak lanjut atas laporan kejadian dari masyarakat, menjadi prioritas kedua.
“Karena mungkin jumlah petugas yang kita miliki terbatas. Oleh sebab itu penanganan laporan dari masyarakat baru bisa ditindaklanjuti, setelah petugas menyelesaikan kegiatan vaksinasi di desa radius 3 kilometer pada hari itu. Namun informasinya, pekan ini akan dilaksanakan evaluasi dari hasil observasi pengecekan di lapangan. Dan kemungkinan besar akan diambil sampelnya,” kata Dirgayusa.
Lantas disinggung soal ketersediaan vaksin PMK, mantan Camat Kintamani ini mengaku per hari Jumat (22/7/2022) jumlah vaksin yang diterima sebanyak 12 ribu. Sedangkan dari target 14 ribu lebih sapi di desa radius 3 kilometer, realisasi vaksinasinya sudah mencapai 8 ribu. “Untuk kebutuhan vaksin aman. Karena provinsi selalu mendistribusikan 2000 vaksin setiap hari kerja,” tandasnya. (put/ub)